Nusa Dua (Metrobali.com)-

Ekonom Mandiri Sekuritas Destry Damayanti mengatakan kenaikan BI Rate akan berdampak jangka pendek bagi perbankan, yaitu memberatkan karena “cost of fund” akan naik.

Sebaliknya, dalam jangka menengah dan panjang akan berdampak positif bagi perekonomian, kata Destry Damayanti di sela-sela Pertemuan Puncak Pemimpin Redaksi se-Indonesia di Nusa Dua, Bali, Kamis (13/6).

“Di awal bank pasti akan berat karena harus menaikan suku bungaa tabungan sehingga ‘cost of fund’ akan naik, tapi hal itu akan membuat bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit,” kata Destry Damayanti.

Destry mengatakan perbankan tak akan bisa menghindar untuk tidak menaikan suku bunga tabungan. Dengan peningkatan inflasi yang bisa mencapai tujuh persen, masyarakat tidak akan mau menabung hanya dengan bunga lima persen.

“Kalau tidak menaikkan bunga tabungan, uang kita secara riil akan tergerus. Makanya mau tidak mau bank harus menyikapi dengan menaikan suku bunga tabungan,” tuturnya.

Mengenai kenaikan suku bunga kredit, Destry mengatakan perbankan akan melihat situasi terlebih dahulu. Apabila pertumbuhan kredit melemah karena suku bunga kredit yang terlalu tinggi, dia mengatakan juga bukan hal yang sehat bagi perbankan.

“Jadi kemungkinan bunga kredit tidak akan naik terlalu tinggi. Biasanya yang lebih sensitif terhadap inflasi adalah ‘cost of fund’. Apalagi, persaingan bank saat ini semakin ketat,” katanya.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi enem persen setelah sebelumnya bertahan di posisi 5,75 persen selama 16 bulan.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardoyo di Jakarta, Kamis, mengatakan kebijakan tersebut merupakan bagian dari bauran kebijakan untuk secara “pre-emptive” merespon meningkatnya ekspektasi inflasi serta memelihara kestabilan makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. INT-MB