Sharif Cicip Sutardjo

Jakarta (Metrobali.com)-

Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengingatkan kekuatan ekonomi kelautan global pada saat ini bergeser dari Samudera Atlantik ke Pasifik sehingga Indonesia harus bisa mengambil manfaatnya.

“Ke depan, ekonomi kelautan makin strategis seiring pergeseran pusat kegiatan ekonomi dunia dari Poros Atlantik ke Poros Pasifik,” kata Sharif Cicip Sutardjo di Jakarta, Jumat (17/10).

Sharif mengingatkan bahwa hampir 70 persen dari total perdagangan dunia berlangsung di kawasan Asia-Pasifik, dan 75 persen dari barang-barang yang diperdagangkannya ditransportasikan melalui kawasan perairan Indonesia seperti Selat Malaka, Selat Lombok, dan Selat Makassar.

Tak hanya sektor ekonomi saja, ujar dia, bahkan saat ini terjadinya dinamika pusaran maritim dunia yang ditandai dengan berpindahnya pertarungan kekuatan global laut dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia.

“Secara geostrategis kita berada di tengah keduanya. Walaupun bergeser, peran Samudra Pasifik sebagai samudra terbesar di dunia akan tetap menjadi perhatian kekuatan maritim dunia, misalnya AS dan Tiongkok, untuk tetap dapat menjaga kepentingan mereka terhadap akses baik secara militer, ekonomi, dan terutama melalui pendekatan politik dari kedua samudra tersebut,” katanya.

Sebelumnya, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri menyatakan beragam masalah ekonomi yang dihadapi Indonesia sebenarnya bisa diselesaikan dengan mengoptimalkan pemberdayaan sektor kelautan. “Masalah dan tantangan ekonomi kita bisa diselesaikan dengan kelautan,” kata Rokhmin Dahuri ketika menjadi pembicara dalam Kongres Maritim Indonesia yang digelar di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Selasa (23/9).

Menurut dia, hal itu antara lain karena Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar dengan potensi yang sangat besar, namun sayangnya hingga kini potensi tersebut masih belum dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak secara optimal.

Ia mengingatkan pula mengenai pentingnya berfokus pada transportasi laut terutama karena 45 persen dari seluruh komoditas dan produk yang diperdagangkan di dunia dengan nilai mencapai sekitar 1.500 triliun dolar AS per tahun dikapalkan melalui alur laut.

Rokhmin juga berpendapat, berbagai usaha di sektor ekonomi kelautan mengandung konten lokal yang tinggi dan di lain pihak juga semakin banyak produk kelautan dan perikanan yang dibutuhkan oleh pasar global.

Sementara itu, Manajer Kampanye Bidang Pesisir dan Kelautan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Edo Rakhman di Jakarta, Senin (15/9), mengatakan, persoalan mendasar di sektor perikanan yang belum dituntaskan pemerintah akan membuat nelayan Indonesia kesulitan menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015.

Ia mengingatkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan di Tanah Air yang sebagian besar masih berada di bawah rata-rata akan sulit jika dipaksa bersaing di level MEA. AN-MB