Denni P Purbasari, pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada
Jakarta (Metrobali.com)-
 
Denni P Purbasari, pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM) mengatakan, dalam kasus bailout Bank Century, kebijakan ekonomi janganlah didangkalkan menjadi sebuah checklist kuantitatif.
 
“Angka kuantitatif itu sifatnya hanyalah sebuah guidance dan sifatnya suggested. Tidak ada sebuah agreement atau literatur yang mengatakan harus ini atau itu,” kata Denni dalam peluncuran buku “Bola Liar Kasus Bank Century: Kebijakan Pencegahan dan Tanggapan Menyesatkan” di Wisma Antara Jakarta, Selasa, (25/3/2014).
 
Ia menerangkan, sama halnya mengkategorikan usaha kecil menengah (UKM), pertanyaannya dikategorikan besar-kecil atau besar-sedang, kemudian atas dasar aset atau omset, atas dasar jumlah pekerja atau apa? Yang terjadi adalah banyak sekali threshold-threshold yang didasarkan pada ukuran-ukuran yang berbeda-beda. 
 
“Dalam keadaan krisis semuanya dilakukan secara situasional,” ungkapnya.
 
Sehingga, lanjut Denni, kalau kita hanya mengacu pada satu checklist yaitu sebagai bank gagal berdampak sistemik, inilah yang mendangkalkan kebijakan ekonomi. 
 
“Tidak bisa seperti itu, yang terjadi adalah angka-angka itu adalah sifatnya semacam saran atau pegangan tetapi bukan sebuah alat untuk dibailout atau tidak dibailout. Kalau di list dibailout kalau tidak di list tidak dibailout. Tidak seperti itu,” terangnya.
 
Denni menambahkan, ekonom memang menggunakan data-data yang sifatnya kuantitatif untuk kemudian mengambil suatu kesimpulan mengenai apa yang sebenarnya terjadi dengan perekonomian.
 
Ketika bicara tentang perekonomian, maka data yang harus dilihat adalah data finansial, bukan data GDP, bukan data investasi, bukan data inflasi. Karena serangan pada saat krisis 2008 terjadi di pasar finansial. 
 
“Data-data GDP, investasi, inflasi itu berada di sektor riil yang itu pelaporannya paling-paling per-kuartal sekali, dengan leg bisa sampai sekali dalam dua bulan,” ujar dia.
 
Tetapi kalau kita bicara tentang data finansial, maka kita harus melihat karakteristik dari pasar finansial itu. Bahwa pasar finansial itu operasinya 24 jam, 7 hari dalam satu minggu.
 
“Lidah mungkin bisa berbohong, tetapi angka tidak bisa berbohong. Bahwa tekanan-tekanan itu ada, mari kita melihat data pasar, semua menyampaikan indikator pasar keuangan itu terjadi koreksi,” terang Denni.
 
Pasar saham, pasar SUN, CDS, arus dana keluar, Rupiah yang kemudian jatuh itu bisa dilihat.
 
“Saya kira adalah keputusan melakukan penyelamatan Bank Century itu sangat benar karena memang kita tidak tahu apa yang terjadi dengan ekonomi Indonesia seandainya tidak dibailout,” tutupnya. (fdep-mb)