Denpasar (Metrobali.com)-

Duta seni Provinsi Papua membentangkan bendera Merah-Putih berukuran raksasa pada pawai Pesta Kesenian Bali XXXV di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi, Denpasar, Sabtu sore.

Selain membentangkan bendera Merah-Putih, sebanyak enam penari mengawali penampilan di depan panggung kehormatan yang ditempati oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ny Ani Yudhoyono juga menari dengan masing-masing membawa bendera yang dilengkapi dengan tongkat.

Para penari dengan gerakan yang dinamis disertai nyanyian “Yamko Rambe Yamko” membawakan tarian khas provinsi ujung timur Indonesia itu dengan apik. Tak ketinggalan para seniman membawakan tarian sambil memukul tifa yang merupakan alat musik khas Papua.

Mereka menari menggunakan pakaian khas Papua berupa rumbai-rumbai dengan bagian tubuh yang dipoles sedemikian rupa. Salah satu penari bahkan hanya menggunakan koteka.

Penyanyi nasional Edo Kondologit pun turut menyemarakkan penampilan perdana Provinsi Papua pada ajang akbar tahunan di Bali itu.

Presiden SBY yang juga didampingi sejumlah Menteri Kabinet Indonesia bersatu seperti Mendikbud M Nuh dan Menparekraf Mari Elka Pangestu, dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika terlihat antusias menyaksikan atraksi seni dari Papua itu.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam sambutannya mengawali acara pawai mengatakan, Papua memang merupakan salah satu duta kesenian dari luar daerah yang turut memeriahkan PKB, di samping duta kesenian dari Kabupaten Sumenep (Jatim) dan Lampung Barat serta Timor Leste.

“Ini menunjukkan kesenian Bali bisa berdampingan dengan kebudayaan daerah lain dan bahkan dunia. Sekaligus bentuk kesiapan kabupaten/kota untuk tampil menyukseskan pawai PKB,” ujarnya.

Ia mengemukakan secara umum PKB berupaya menyajikan berbagai bentuk dan keragaman kesenian Bali yang tetap dikemas dalam bentuk prosesi berjalan sebagai ciri khas pawai disertai atraksi di depan panggung kehormatan.

“Taksu yang menjadi tema pawai dan PKB kali ini ditujukan untuk mendorong tumbuhnya keharmonisan dan keserasian antara buana alit (tubuh manusia) dan buana agung (alam semesta). Tema pawai sebagai pemaknaan tersebut ditampilkan dalam berbagai karya seni kolosal,” kata Pastika. INT-MB