Gianyar (Metrobali.com)

Semakin banyak saja kalangan ‘elite’ yang terkesan dan memuji akan keunikan koleksi serta kemegahan Museum Seni Klasik Nyoman Gunarsa yang berlokasi di Desa Banda, Kabupaten Klungkung,Bali. Setelah seorang peneliti Australia, Siobhan Campbell mengaku kagum akan keunikan koleksi Museum Gunarsa, giliran Duta Museum Indonesia, Sigi Wimala juga menyatakan hal yang sama.

“Luar biasa,” demikian sekelumit pujian Sigi terhadap keberadaan Museum Seni Klasik Nyoman Gunarsa, serangkaian mengikuti acara Workshop Gerakan Nasional Cinta Museum di Arma Museum Ubud, Bali, baru-baru ini.

Sigi yang mengaku sudah banyak mengunjungi museum mengaku sangat senang bisa mengunjungi sekaligus bertemu dengan para pemilik museum yang hebat-hebat museum milik Gunarsa dan juga Museum Arma yang milik Anak Agung Rai.

“Saya sangat beruntung dapat bertemu dengan pemilik-pemilik  museum yang dengan passion dan kecintaan mereka terhadap seni budaya dan sejarah, menggerakkan mereka untuk mendirikan dan mengelola museum untuk masyarakat,” ujar Sigi dengan sumringah.

Wanita murah senyum ini juga salut bagaimana dalam pengelolaan museum ini dilakukan dengan langkah kreatif seperti membuka fasilitas resor, restoran maupun kafe seperti yang dilakukan di Arma Museum sehingga mampu mengatasi keperluan biaya perawatan dan operasional lainnya. Memang diakui, dari dialog dengan peserta workshop baik di Bali maupun di Bandung, yang banyak ditanyakan peserta adalah seputar bagaimana mengatasi pembiayaan perawatan dan operasional.

Ditanya apa tantangan terberat dalam mengemban misi sebagai Duta Museum, Sigi mengaku bagaimana membuat museum menjadi lebih menarik dari mall terutama di kalangan anak muda. Sebab selama ini daya tarik museum kalah dibandingkan mall.

“Tantangannya luar biasa, mulai dari masalah internal hingga bagaimana museum bisa bersaing dengan mall. SDM yang baik di samping penyajian koleksi yang juga menarik sehingga akan sangat menunjang ‘pengalaman’ yang bisa didapatkan oleh masyarakat jika berkunjung ke museum. Tapi banyak museum masih belum memperhatikan hal-hal tersebut,” komentarnya.

Menurutnya, masyarakat jarang memilih museum sebagai public space untuk menghabiskan akhir pekan. “Padahal museum bisa menawarkan sesuatu yang bersifat edutainment, pengalaman yang menurut saya sangat berbeda dan sangat imajinatif. Saya sendiri suka ke museum karena ‘pengalaman’ itu lah, pengalaman edukasi, inspirasi, imajinasi. Dan hanya bisa ditemukan di museum,” ujarnya.

Dalam mengemban misinya menyosialisasikan museum ke masyarakat, dia menekankan bagaiman peran penting sebuah museum kepada masyarakat. Sebab, selama ini masih banyak  masyarakat menganggap museum hanya sekadar menyimpan benda-benda kuno saja. Itu pula sebabnya, dia harus membantu museum agar  mengubah citranya yang kesannya kumuh dan terlantar menjadi lebih baik sejalan dengan program revitalisasi museum yang sedang dijalankan pemerintah.

Syukurnya, dalam program revitalisasi yang sudah berjalan, sudah banyak museum yang secara kreatif mengelola dan menyosialisasikan museum mereka ke masyarakat, seperti museum Barli, museum kecil di bandung dan museum KAA Bandung.

“Keduanya sangat dekat dengan komunitas anak mudanya, dengan caranya masing-masing mereka berhasil menarik anak-anak muda,” ujar Sigi yang akan mengemban tugasnya sebagai Duta Museum selama setahun sejak 1 Desember 2011.  (rus)