Denpasar (Metrobali.com)-

Memasuki hari ke-15 ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-35 tahun ini terasa semakin semarak. Terlebih lagi, panggung terbuka Ardha Candra, Arts Centre Bali, Denpasar, Sabtu (29/6) malam lalu penuh sesak dengan penonton terutamanya dari kalangan pencinta seni budaya Bali. Bahkan, mereka cukup antusias mengikuti tembang andalan yang dibawakan para artis Bali pujaan dan idola fanatiknya. Pada malam itu giliran tampil seniman dari para artis, musisi, pencipta lagu dan insan seni Bali yang bernaung dalam wadah organisasi sosial kemasyarakatan, Pramusti Bali tampil menyajikan pementasan unggulan pembaruan berupa seni pertunjukan drama musikal bertema Taksu: Membangkitkan Daya Kreatif dan Jati Diri.

Sajian seni pertunjukan yang menjadi ikon tetap dalam PKB sejak tiga tahun lalu, 2011 ini bahkan selalu diapresiasi secara positif oleh para elite penguasa pemangku kebijakan dalam ekologi birokrasi pemerintahan Bali. Dalam konteks ini, di mana gubernur Bali, Made Mangku Pastika bersama istrinya Ayu Pastika yang didampingi para jajarannya senantiasa selalu menyempatkan diri untuk menyaksikan pementasan unggulan pembaruan dari seni pertunjukan drama musikal Pramusti Bali ini dengan sangat antusias.

Hal ini tentunya merupakan upaya signifikan dalam memotivasi dan sekaligus menggugah semangat para artis, musisi, pencipta lagu, dan insan seni Bali asuhan Pramusti Bali supaya selalu meningkatkan daya kreatifnya secara mandiri demi penguatan jati diri dari denyut nadi kehidupan seni budaya Bali berbasis kearifan lokal khas Bali terutamanya di bidang seni musik mebasa Bali yang lebih baik dan menyejahterakan di masa datang. Sehingga, mereka tetap mampu bersaing di tengah semakin maraknya praktik pembajakan dan sekaligus derasnya arus budaya globalisasi dalam kancah industri pariwisata Bali khususnya dan pariwisata dunia pada umumnya.

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengakui pementasan unggulan pembaruan dari seni pertunjukan drama musikal Pramusti Bali termasuk cukup bagus dan sangat kreatif, serta menghibur. Namun, kalau bisa rasanya durasi waktunya perlu dibatasi supaya tidak terlalu panjang. Ya, tidak lebih dari dua jam. Jadi akan lebih berkesan.“Idenya cukup bagus, dan kreatif,” tegasnya, sehingga sangat baik untuk dikembangkan secara terus-menerus di masa mendatang.

Pementasan unggulan pembaruan dari seni pertunjukan drama musikal Pramusti Bali dalam PKB ke-35 tahun ini yang senantiasa tampil dengan perpaduan kolaborasi musik dan teater yang dinamis dalam balutan iringan musik diatonis (modern) dengan gamelan pentatonik khas Bali (tradisi) seperti biasa dibuka pukul 19.00 wita dengan penampilan para artis Bali mulai dari pendatang baru hingga angkatan lama, di antaranya Gede Beruk, Made Bayu, Tut Sumar, Ngurah Panji, Yuni Swari, Guna Swara, Ayuni Citra Dewi, Ayu Santi, Ayu  Viona, hingga De Balon, De Oka S, dan Wisma Trika dengan penari latar Paguyuban Penggemar Gending Bali.

Begitu jarum jam menunjuk pukul 20.00 wita, seni pertunjukan drama musikal Pramusti Bali pun dimulai dengan alunan vokal Palawakya oleh I Wayan Sugita, tokoh patih agung dalam seni pertunjukan drama gong, yang diiringi gamelan geguntangan dari sanggar Puspa Kencana. Selanjutnya, drama musikal Pramusti Bali yang terbagi dalam empat segmen (babak) ini diawali segmen pertama tentang aktualisasi keceriaan anak-anak dalam dunianya, masa bermain, pertemanan, belajar lewat penampilan penyanyi cilik, Chesya Wandhira lewat tembang andalannya Melajah Ngigel Bali, yang disusul alunan tembang Astungkara oleh Gek Riris dan Dinda Wirasutha dengan tembang Demen Dadi Milu, serta dipungkasi oleh penyanyi Deva lewat tembang Sekadi I Kedis.

Menariknya, penampilan para artis cilik ini diselingi atraksi kocak para pelawak cilik dari sanggar Gita Ulangun asuhan I Gusti Putu Yasa alias Pekak Botak. Bahkan, gubernur Bali, Made Mangku Pastika bersama istrinya, Ayu Pastika yang didampingi para jajarannya ini terlihat ketawa terpingkal-pingkal menyaksikan tingkah polah dari kepolosan para pelawak cilik tersebut.

Memasuki segmen kedua, yang mengadaptasi fenomena dari realitas kehidupan tentang prahara rumah tangga mulai dari persoalan mertua cerewet, suami kurang peduli sama istrinya, hingga lika-liku hidup seorang duda dan janda dengan latar belakang warung kopi ini menyajikan aksi atraktif dan kocak dari para pelawak Bali seperti Ayu Petong, Pekak Botak dan lainnya sebagai pengantar dialog munculnya para artis Bali untuk melantukan tembang andalannya. Di antaranya dan Ayu Wiryastuti dengan lagu Matua Cerewet, Ari Sintha dengan lagu Ngaturang Be Guling ke Pura, serta Duda Kesepian oleh Dek Arya, Putu Lina dengan lagu Promosi, yang diteruskan penampilan Adi Wisnu dengan lagu hitsnya Janda Melengis.

Kemudian, dalam segmen ketiga yang mengangkat latar belakang kehidupan rumah kos giliran tampil para artis Bali seperti Eka Badeng dengan lagu Pasti, Duo Thiwi dengan tembang Cinta Pertama, De Ama dengan lagu Takut-takut Bani, Duo Liku, Bayu Krisna lewat lagunya Selem-selem Jukut Undis, Anggi melantunkan tembang Kebo Mebalih Gong, Trisna dengan lagu terbarunya Kiap dan AA Raka Sidan dengan lagunya Song Brerong, Marlen ”Vitik” featuring Dewi Pradewi dengan lagu Gule, yang diteruskan dengan pemutaran sebuah video klip lagu tembang kenangan dari Ayu Stiati (alm) lewat dua layar besar yang mengapit patung naga dari gapura panggung Ardha Candra Arts Centre Bali, Denpasar. Tak pelak, suasana sontak mendadak mengharu-biru sejenak dalam kesedihan. Pada segmen ini para pelawak asal Singaraja, Rare Kual, tampil sukses mengocok perut penonton, para pencinta seni budaya Bali dengan banyolan khasnya. 

Sementara itu, dalam segmen terakhir atau keempat, yang mengaktualisasikan dinamika wacana Ajeg Bali menyajikan tingkah polah para pelawak Bali seperti Sengap, Senger, Balian Pengeng, dan lainnya, yang berkolaborasi dengan para artis Bali di antaranya Margi dengan lagu Ajeg Bali, Agung Wirasutha dengan lagu Mulat Sarira, serta Gus Rajes featuring Chesya Wandhira dengan tembang Ogoh-ogoh, Dewi Negari dengan lagu Eling, serta Ray Peni dengan lagu Karya Agung, Nanoe Biroe dengan lagu Menyama, serta Mang Gita dengan lagu Taksu Bali, dan Ocha dengan tembang pemungkas berjudul Taksu dengan iringan musik dari grup Lindia Band.

 Pementasan unggulan dari seni pertunjukan drama musikal Pramusti Bali, yang mengusung tema Taksu: Membangkitkan Daya Kreatif dan Jati Diri ini mampu mencapai klimask yang happy ending mestipun menjelang detik-detik akhir sempat diselingi apresiasi dari relasi kuasa-Nya lewat hujan gerimisnya. Diharapkan, drama musikal Pramusti Bali ini dapat memberikan pencerahan kepada khalayak publik, masyarakat dalam arti seluas-luasnya dalam upaya meneguhkan semangat pelestarian dan pengembangan seni budaya Bali dengan nilai adiluhungnya dalam mencetak karakter bangsa yang metaksu.

Penampilan memikat nan menggelitik dari para artis Bali anggota Pramusti Bali merupakan kerjasama sanggar Puspa Kencana asuhan I Wayan Sugita, dan sanggar Gita Ulangun asuhan I Gusti Putu Yasa alias Pekak Botak, yang sekaligus sebagai sutradara dari naskah karya Made Adnyana, dengan dukungan sound system sewaan dari Pregina Production pimpinan Bagus Mantra, yang dibantu para relawan dari Jayagiri Production pimpinan I Gusti Ngurah Murthana, Seraya Production pimpinan Wayan Seraya, serta didukung juga oleh Warung Mina, dan Paguyuban Gending Bali, serta lainnya.

Ketua Pramusti Bali, I Gusti Ngurah Murthana, yang akrab disapa Rahman, mengucapkan banyak terimakasih kepada para pihak yang turut menyukseskan pementasan unggulan dari seni pertunjukan drama musikal Pramusti Bali pada PKB ke-35 tahun ini. Diharapkan, dalam PKB tahun depan Pramusti Bali nantinya dapat menyajikan kembali seni pertunjukan drama musikal yang lebih kreatif dan inovatif lagi. Tentunya, dengan sentuhan perpaduan musik dan teater yang semakin atraktif dan lebih menggelitik.

Lebih jauh, Rahman mengakui mestipun merasa sedikit kecewa dengan kinerja panitia PKB tahun ini, yang rupanya masih belum mampu mengapresiasi kebutuhan sound system untuk pementasan unggulan dari seni pertunjukan drama musikal Pramusti Bali karena alasan klasik bahwa sound system yang tersedia tidak untuk pementasan musik dan takut rusak, namun dia tetap berharap dalam penampilan PKB selanjutnya dapat direalisasikan dengan baik dan konkret. “Sehingga, seniman ataupun artis Bali tidak merasa dibebani untuk menanggung biaya sewa sound system lagi,” sentilnya. WB