drama gong

Negara (Metrobali.com)-

Pentas drama gong sebagai salah satu kesenian tradisional Bali di panggung terbuka Pura Jagatnatha, Kabupaten Jembrana, membuat ribuan penonton tertawa serta tegang.

Gelak tawa dari penonton, termasuk Bupati Jembrana I Putu Artha dan Wakil Bupati I Made Kembang Hartawan membuat suasana meriah dalam awal-awal pertunjukan yang berlangsung Rabu (6/8) malam hingga Kamis (7/8).

Beberapa pelaku drama gong yang merupakan pelawak gabungan dari Kabupaten Jembrana dan Kabupayen Bangli mampu membuat suasana segar dengan lelucon-lelucon mereka.

Dengan dandanan dan rias wajah yang lucu mereka mengomentari peristiwa sosial, ekonomi, dan politik yang dikemas dengan bahasa yang membuat penonton tertawa.

Menjelang tengah malam, suasana beralih tegang saat dua perempuan dengan rambut diurai serta mengenakan kain putih yang sudah dirajah dengan mantera naik panggung.

Kehadiran dua perempuan yang diiringi dengan bunyi raungan anjing tersebut membuat suasana mendadak sunyi, termasuk dari deretan tempat duduk para pejabat Pemkab Jembrana.

Kemunculan dua perempuan itu disusul sosok menyeramkan yang di Bali dikenal dengan istilah “celuluk” yang melakukan gerakan-gerakan diselingi teriakan mengundang “leak”.

Panggilan kepada “leak” sebagai sosok menakutkan itu makin nyaring, termasuk dengan menyebutkan lokasi keberadaan mereka.

Puncak dari ketegangan terjadi saat terjadi perang di atas panggung yang diisi dengan saling tusuk dengan menggunakan senjata tajam sejenis keris asli.

Pementasan drama gong bagian rangkaian perayaan HUT ke-116 Kota Negara yang jatuh pada tanggal 15 Agustus 2014 itu. AN-MB