New York, (Metrobali.com) –

Kurs dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada Selasa (Rabu pagi WIB), dan mencapai tertinggi delapan bulan terhadap euro di tengah inflasi AS yang moderat.

Kurs euro/dolar turun di bawah tingkat psikologis 1,3500 pada perdagangan Selasa, karena para analis memperkirakan Bank Sentral Eropa (ECB) akan mengambil langkah-langkah stimulus lebih lanjut guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara Federal Reserve AS kemungkinan akan mengakhiri program pembelian obligasinya pada Oktober dan menaikkan suku bunga pada tahun berikutnya.

Di sisi ekonomi, Indeks Harga Konsumen (IHK) AS meningkat 0,3 persen pada Juni disesuaikan secara musiman, lebih rendah dari bulan lalu 0,4 persen, Departemen Tenaga Kerja melaporkan, Senin.

Selain itu, penjualan rumah AS meningkat 2,6 persen pada Juni, mencapai laju tahunan sebesar penjualan lima juta unit untuk pertama kalinya sejak Oktober 2013, menurut National Association of Realtors.

Yen Jepang dan franc Swiss melemah terhadap dolar karena berkurangnya ketegangan di Ukraina dan Timur Tengah.

Pemberontak Ukraina pada Selasa membebaskan keberangkatan kereta api yang sarat dengan jenazah korban Malaysia Airlines MH17 yang jatuh saat menyerahkan kotak hitam dari pesawat yang diduga ditembak jatuh di Ukraina timur yang dikuasai pemberontak kepada para ahli Malaysia.

Menlu AS John Kerry tiba di Kairo pada Senin malam untuk memulai negosiasi dalam upaya menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Pada akhir perdagangan di New York, euro jatuh ke 1,3466 dolar dari 1,3523 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,7061 dolar dari 1,7073 dolar. Dolar Australia naik menjadi 0,9394 dolar dari 0,9378 dolar.

Dolar dibeli 101,45 yen Jepang, lebih tinggi dari 101,38 yen pada sesi sebelumnya. Dolar naik menjadi 0,9024 franc Swiss dari 0,8981 franc Swiss, dan bergerak turun menjadi 1,0735 dolar Kanada dari 1,0736 dolar Kanada.

(Ant) –