New York, (Metrobali.com) –

Kurs dolar AS “rebound” (berbalik naik) terhadap mata uang utama lainnya pada Kamis (Jumat pagi WIB), dan menguat terhadap euro setelah Bank Sentral Eropa (ECB) memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter yang longgar.

Kurs euro/dolar merosot ke tingkat terendah dalam sembilan bulan terakhir. Pada sebuah konferensi pers setelah pertemuan kebijakan moneter bank sentral, Presiden ECB Mario Draghi mengatakan akan mempertahankan akomodasi moneter tingkat tinggi.

Draghi menganggap risiko-risiko geopolitik yang tinggi, perkembangan di negara-negara berkembang dan pasar keuangan global sebagai faktor-faktor yang mungkin memiliki potensi untuk mempengaruhi kondisi ekonomi secara negatif.

Euro juga tertekan oleh “risk appetite” (selera risiko) pasar yang lebih kecil karena Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev pada Kamis mengatakan bahwa Rusia memberlakukan larangan impor makanan dari Uni Eropa dan Amerika Serikat sebagai pembalasan untuk sanksi mereka terhadap Moskow atas krisis Ukraina.

Data pekerjaan AS yang dirilis pada Kamis juga mendukung greenback. Dalam pekan yang berakhir 2 Agustus, angka pendahuluan untuk klaim awal yang disesuaikan secara musiman adalah 289.000, sebuah penurunan 14.000 dari tingkat yang direvisi pekan sebelumnya, kata Departemen Tenaga Kerja AS.

Sementara itu, pergerakan rata-rata empat minggu, ukuran lebih halus dari klaim awal, turun 4.000 menjadi 293.500 pada minggu lalu, menandai tingkatl terendah sejak 25 Februari 2006.

Pada akhir perdagangan di New York, euro jatuh menjadi 1,3359 dolar dari 1,3377 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,6833 dolar dari 1,6846 dolar. Dolar Australia merosot menjadi 0,9270 dolar dari 0,9350 dolar.

Dolar dibeli 102,07 yen Jepang, lebih tinggi dari 102,05 yen pada sesi sebelumnya. Dolar naik ke 0,9090 franc Swiss dari 0,9079 franc Swiss, dan bergerak naik ke 1,0926 dolar Kanada dari 1,0922 dolar Kanada.

(Ant) –