Gianyar, (Metrobali.com)
Ditengah mewabahnya pandemi Covid-19, aktivitas nenun atau membuat tenun di Banjar Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampaksiring Gianyar kembali bangkit. Untuk mengisi waktu luang ditengah pandemi, beberapa kelompok masyarakat melakukan aktivitas menenun.
Kepala Dusun Banjar Pesalakan Pejeng Kangin, Made Astawa, Jumat (26/8/2020) mengatakan bahwa di Banjar Pesalakan terdapat kelompok tenun. Kelompok tenun ini terbagi atas 12 orang, “Karena pamdemi ini, banyak masyarakat kami yang ada dirumahkan. Karena hal tersebut, untuk mengisi waktu luang maka bangkitlah kembali aktivitas menenun ini. Kurang lebih sudah dua bulan dimulai aktivitas ini,” ujarnya.
Dikatakan oleh Made Astawa bahwa aktivitas menenun ini memang cukup sulit, namun dikatakan setidaknya masyarakat dapat belajar agar tradisi atau aktivitas menenun ini tidak punah dimakan waktu. “Apa salahnya kita belajar, untuk mengisi waktu luang juga. Walaupun sulit, tapi ini sangat penting untuk tetap melestarikannya,” ucapnya.
Untuk pemasaran hasil kerajinan tenun ini, pemasaran dilakukan kepada wisatawan yang berada di seputaran Desa. “Untuk pemasarannya kepada wisatawan asing yang ada di sekitaran wilayah kami, kami punya link link kesana. Hasilnya sungguh luar biasa, mereka sangat menyukai dan mengapresiasi hasil karya tenun masyarakar kami,” katanya.
Sedangkan salah satu penenun termuda di kelompok tersebut, Desak Wulandari mengatakan bahwa dirinya baru dua minggu belajar untuk menenun. “Awalnya saya tidak memiliki minat untuk menenun, tapi karena untuk mengisi waktu luang ditengah pandemi maka saya coba-coba untuk belajar. Makin kesini, saya semakin suka dan juga belajar banyak motif-motif baru,” tuturnya.
Untuk satu buah hasil kerajinan tenun ini, dubutuhkan waktu tiga sampai lima hari. “Memang cukup lama untuk prosesnya, karena mulai dari tahapan pertama yakni ngulak namanya, kemudian ngayinan, nusuk, dan ketiga baru nunun. Itu memakan waktu,” ucapnya.
Saat ini, motif yang sering dibuat oleh kelompok penenun di Banjar Pesalakan ini adalah motif rangrang, gegambiran, dan songket. “Kami juga menyesuaikan dengan motif-motif yang saat ini banyak diminati oleh konsumen.
Untuk satu buah hasil kerajinan tangan tenun ini, dihargai mulai dari Rp 150.000 sampai dengan Rp 500.000. (Ctr)