Poto : Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Selasa (15/5) lalu menggelar workhshop peningkatan tata kelola desa wisata di Denpasar

Denpasar (Metrobali.com)-

Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Selasa (15/5) lalu menggelar workhshop peningkatan tata kelola desa wisata di Denpasar. Workshop tata kelola wisata desa ini diikuti 30 orang peserta merupakan perwakilan dari warga dan kelompok pengelola pariwisata di Denpasar.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar Ir. MA Dezire Mulyani M.Si dalam laporannya mengatakan, kegiatan ini rutin dilakukan oleh Pemkot Denpasar melalui Dinas Pariwisata Kota Denpasar. Anggaran kegiatan ini berasal dari APBD Kota Denpasar tahun 2018. Tujuan workshop tata kelola desa wisata ini untuk menambah  wawasan dan pengetahuan bagi peserta di dalam mengelola potensi dewa wisata di kota Denpasar. ”Paling tidak, dalam workshop ini para peserta akan mendapat pengetahuan tambahan, atau paling tidak bisa bertukar pikir bagaimana cara mengelola desa wisata,” kata Dezire.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Denpasar I Made Sudira, SE mengatakan, kegiatan ini dilakukan sehari. Para pemateri tata kelola desa wisata ini Dr. Dewa Putu Oka Prasiasa, A.Par., MM   dari STIMI Handayani Denpasar dan pelaku desa wisata Penglipuran, Bangli I Nengah Moneng. Hasil workshop yang diikuti para pelaku pariwasata ini akan dipakai acuan untuk mengembangkan potensi desa wisata di Kota Denpasar.

Dr. Dewa Putu Oka Prasiasa, A.Par., MM dari STIMI Handayani Denpasar mengatakan, tata kelola dan peningkatan enam desa wisata kota Denpasar perlu dilakukan kajian. Dikatakan, berdasarkan survey dan kajian yang dilakukan, bahwa pengembangan dan pengelolaan desa wisata di Kota Denpasar sepatutnya didukung oleh masyarakat yang memiliki komitmen, waktu, tenaga, pemikiran, dan pendanaan.

Hal lain yang patut menjadi pertimbangan, lanjutnya dalam pengembangan dan pengelolaan desa wisata di Kota Denpasar yakni soal tingkat keberhasilan dan pengelolaan desa wisata.  Tingkat keberhasilan ini tergantung pada tingkat penerimaan dan dukungan dari komunitas lokal. Oleh karena itu,  perlu upaya-upaya dari pemangku kepentingan/stakeholders guna memfasilitasi keterlibatan yang luas dari komunitas lokal dalam proses pengembangan serta pengelolaan desa wisata tersebut.

Ditambahkan, pengembangan kelembagaan dalam pengelolaan desa wisata sebaiknya bersifat solid, fleksibel, sederhana, dinamis melibatkan tokoh desa dan masyarakat setempat, berbasis azas manfaat (bukan asas keuntungan), serta berpotensi untuk pengembangan ekonomi skala kecil dan menengah.

Dikatakan, dari 6 desa wisata yang telah dikembangkan di pemerintah kota Denpasar sejak tahun 2015 (berdasarkan SK Wali Kota Denpasar No. 188.45/472/HK/2015) perlu dilakukan kajian tentang tingkat perkembangan dan pengelolaan dari desa wisata tersebut dalam rangka merumuskan strategi dan program pembinaan yang berkelanjutan.

‘’Sebelum terbentuknya Badan Pengelola di masing masing desa wisata, POKDARWIS dapat dijadikan embrio untuk pengembangan dan pengelolaan desa wisata di Kota Denpasar,’’ kata Dewa Putu Oka Prasiasa.

Sementara itu, pengelola desa wisata Penglipuran Nengah Moneng mengatakan, berbagai potensi perlu mendapat perhatian. Selain desa wisata memiliki ciri khas dan keunikan, desa wisata tersebut harus memiliki kegiatan (atraksi) yang bisa disaksikan oleh tamu yang datang ke desa wisata itu. Misalnya, memiliki atraksi budaya, tempat belajar menari dan latihan musik tradisional, memasak, membuat sesajen, makanan dan minuman tradisional dan permainan tradisional.

Desa wisata semestinya memiliki fasilitas akomodasi. Misalnya, ada homestay berbentuk tradisional. Ini dikelola oleh badan pengelola desa wisata masing masing dengan pembagian keuntungan yang transparan.  Selian, itu harus memiliki ciri khas kuliner tradisional, pemandu pariwisata,  punya cendera mata khas desa wisata masing masing.

‘’Dan, jangan dilupakan pemasaran desa wisata, misalnya melalui website, media sosial,  brosur, pameran dan mengikuti berbagai kegiatan festival yang digelar di tingkat lokal, nasional bahkan internasional,’’ kata Nengah Moneng.

Editor  : Hana Sutiawati