Denpasar (Metrobali.com)-

Keinginan Disbud Bali merancang parade lomba wayang kulit remaja dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun depan sepertinya tidak akan dapat berjalan mulus. Pasalnya, parade lomba atau kompetisi ini mulai menuai protes. Adalah I Ketut Dewa Wicaksana selaku Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Bali.

Kepada koran ini, Senin (1/10) kemarin, dia mengakui sangat menyambut baik adanya rencana Disbud Bali untuk meningkatkan semangat apresiasi khalayak publik terhadap pertunjukan pakeliran wayang kulit tradisi di ajang PKB tahun depan dengan melibatkan kalangan pelajar dari jenjang pendidikan dasar maupun menengah. Ya, sangat positif untuk proses regenerasi seni pertunjukan pakeliran wayang kulit tradisi dan sekaligus upaya meningkatkan pelestarian dan pengembangan budaya bangsa di masa mendatang.

Tapi, secara tegas dia justru menyatakan tidak setuju dan bahkan menolak keras jika semangat apresiasi khalayak publik itu dilakukan lewat parade lomba atau kompetisi hanya demi memperebutkan penghargaan semata. Kenapa? Pasalnya, ajang kompetisi ini dapat mengikis daya kreatif seniman dalam menguatkan ciri khas atau identitas unggulan dari keragaman pertunjukan pakeliran wayang kulit setiap kabupaten/kota di Bali. “Dengan kompetisi atau lomba, justru akan memicu adanya penyeragaman dan sangat bertentangan dengan semangat dari program penguatan kebudayaan bangsa berbasis kearifan budaya lokal,” jelasnya.

Menurutnya, ajang lomba atau kompetisi itu (wayang kulit tradisi) sebaiknya dilakukan di setiap kabupaten/kota. Untuk menguatkan daya kreatif senimannya dalam menciptakan ciri khas atau identitas unggulan daerahnya. Nah, hasil terbaik dari setiap kabupaten/kota itulah yang kemudian ditampilkan di PKB tahun depan, sehingga apresiasi khayalak publik menjadi semakin bervariatif dan mampu memberi kesan berbeda, serta sesuai dengan ruh dan taksu dari nilai adiluhung seni budaya Bali, yang telah mendunia. “Hal ini juga sesuai dengan semangat dari Prof. Dr. IB Mantra sebagai pencetus PKB untuk mengangkat identitas kesenian unggulan setiap kabupaten/kota di Bali,” paparnya.

Di samping itu, katanya, PKB tahun depan mengangkat tema Taksu yang diartikan sebagai upaya membangkitkan daya kreatif dan jati diri keragaman dari kesenian Bali ke depannya. “Jadi secara tegas saya tidak setuju kalau ajang kompetisi wayang kulit tradisi dilaksanakan di ajang PKB,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Disbud Bali, I Ketut Suastika mengatakan mengapresiasi positif setiap kritik dan saran yang masuk demi upaya pembenahan program PKB tahun depan yang lebih baik. Sehingga program PKB tahun depan mampu menjadi media edukasi publik terutama bagi kalangan pelajar di bidang seni budaya. Inilah maksudnya kenapa rancangan program PKB tahun depan dilakukan lebih awal, supaya dapat dilakukan perubahan seperlunya sesuai masukan dari berbagai pihak yang memang mempuni di bidangnya, “Yang jelas, parade lomba wayang kulit tradisi masih sebatas rancangan program, dan tentunya dapat dilakukan perubahan seperlunya,” kilahnya. IJA-MB