Foto: Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) didampingi Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Demokrat Putu Supadma Rudana (PSR).

Jakarta (Metrobali.com)-

Di tengah isu kudeta terhadap kepemimpinan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), elektabilitas AHY sebagai Calon Presiden (Capres) pada Pilpres 2024 malah meroket. Begitu pula elektabilitas Partai Demokrat terus melejit hingga masuk jajaran tiga besar.

Berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga survei, elektabilitas AHY melejit di tengah elektabilitas tokoh-tokoh lain cenderung stagnan atau bahkan melorot tajam. Hal itu bisa dilihat dari hasil survei Voxpopuli Research Center (VRC) dan Indonesia Political Opinion (IPO) yang baru saja dirilis ke publik.

Berdasarkan hasil survei Voxpopuli Research Center (VRC) setelah sebelumnya elektabilitas AHY bergerak di angka 3,0 persen (Juni 2020) dan 2,1 persen (Oktober 2020), kini elektabilitas AHY melejit menjadi 4,3 persen.

Posisi AHY pun berhasil menggeser mantan walikota Surabaya Tri Rismaharini yang kini menjabat Menteri Sosial. Elektabilitas Risma relatif stabil, hanya naik sedikit dari 3,8 persen (Oktober 2020) menjadi 4,1 persen.

Sementara Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengalami penurunan. Elektabilitas Kang Emil turun sedikit dari 13,2 persen menjadi 12,8 persen, sedangkan Khofifah dari 5,6 persen menjadi 5,4 persen.

Sementara elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang kini menjabat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif masih terus merosot. Elektabilitas Anies anjlok dari 9,4 persen tersisa hanya 7,7 persen, sedangkan Sandi dari 8,5 persen menjadi 6,5 persen.

Sementara berdasarkan hasil survei, Indonesia Political Opinion (IPO) menyebutkan dalam kategori tokoh publik baru, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama Sandiaga Uno masih menjadi yang terpopuler.

Survei IPO menyebut mantan wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mendapatkan 88,1 persen, sementara AHY dengan indeks persepsi 84,6 persen, disusul Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dengan indeks persepsi 47,3 persen.

Di sisi lain ancaman “kudeta” terhadap kepemimpinan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terjadi di tengah elektabilitas partai “biru berlambang bintang mercy” ini meroket dan melaju kencang.

Disinyalir gerakan ingin mengambil alih paksa dan “membajak” kepemimpinan Partai Demokrat terjadi untuk kepentingan Pemilu 2024 karena partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini berpeluang kembali berjaya dan meraih kemenangan di 2024.

Selain survei elektabilitas Partai Demokrat yang melejit masuk papan atas tiga besar, tanda-tanda alam seperti fenomena Blue Moon juga mengarahkan dan menunjukkan tanda-tanda kebangkitan partai berwarna biru.

Sejumlah lembaga survei menempatkan elektabilitas Partai Demokrat yang berstatus sebagai oposisi pemerintah (tidak masuk dalam koalisi pemerintahan Presiden Jokowi) terus melejit bahkan hingga masuk tiga besar di bawah PDI Perjuangan dan Golkar.

Misalnya hasil survei dari Indonesia Development Monitoring (IDM) tentang elektabilitas partai politik di Indonesia menyebutkan elektabilitas Partai Demokrat meroket ke tempat ketiga dengan perolehan 11,6 persen.

Sebelumnya pernyataan cukup mengejutkan disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) usai menggelar commanders call atau rapat pimpinan khusus bersama para pimpinan DPD dan DPC partai secara virtual, Senin (1/2/2021)

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) membeberkan adanya gerakan upaya merebut paksa Partai Demokrat melibatkan pejabat penting pemerintahan, yang secara fungsional berada di dalam lingkar kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Bahkan gerakan untuk mengambil partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga Presiden ke-enam RI ini disebut-sebut sudah mendapatkan dukungan dari sejumlah menteri dan pejabat penting di pemerintahan Presiden Jokowi. (wid)