Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi‎ (PVMBG), Kasbani
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani

Karangasem (Metrobali.com)-

Sejak statusnya dinaikkan secara bertahap, hingga hari ini Gunung Agung telah digempur 25 ribu gempa, baik vulkanik dalam, vulkanik dangkal, gempa terasa, gempa tektonik jauh, gempa tektonik lokal maupun gempa tremor non-harmonic. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani menjelaskan, jumlah gempa itu terbilang sangat besar. Bahkan, jumlah itu terbilang paling besar bagi gunung api di seluruh Indonesia.
‎”Kalau kita hitung gempa-gempa yang terjadi selama bulan September sampai hari ini, kalau kita total sudah ada 25 ribu gempa-gempa yang terjadi. Sangat besar. Ini adalah jumlah terbesar yang terjadi di gunung api di Indonesia di manapun,” tutur Kasbani di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Sabtu 21 Oktober 2017.
Kasbani melanjutkan, di gunung api lain semisal Merapi, Kelud dan Sinabung, jumlah gempa tak mencapai puluhan ribu seperti yang mengguncang Gunung Agung. Namun, gunung-gunung itu telah meletus. Untuk Gunung Agung ada perbedaan cukup signifikan dibanding gunung api lainnya.
“Biasanya gunung api lainnya itu tidak dengan jumlah sebesar itu sudah terjadi letusan.. Tapi untuk Gunung Agung sangat spesial ya, sangat luar biasa, karena sudah dihantam gempa sekian banyak masih sangat kuat,” tutur dia.
Kendati begitu, dalam dua hari terakhir tingkat kegempaan semakin menurun. Kemarin gunung setinggi 3.142 mdpl itu hanya diguncang 379 gempa, beda dengan hari-hari sebelumnya, di mana Kasbani menyebut sehari Gunung Agung dihantam gempa kisaran 500 hingga 1.000 lebih gempa. Hari ini, sejak pagi tadi hingga perekaman pukul18.00 WITA gempa yang terjadi di gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem itu makin menurun dari hari kemarin yakni sebanyak 153 gempa.
“Jadi begini, meskipun ada aktivitas kegempaan dalam satu hari relatif turun paling rendah setelah status dinaikkan menjadi awas (level IV), tapi tetap saja ini masih tinggi dibandingkan dengan pada saat dia masih berstatus waspada (level III)‎. Sementara dari data lain seperti deformasi, masih menunjukkan inflasi yang tinggi,” tutup dia. JAK-MB