Ketua Komisi III DPRD Bali Nengah Tamba.

Denpasar (Metrobali.com)-

Rencana pembangunan proyek jalan shortcut(jalan pintas)  Mengwitani-Singaraja untuk mempercepatjalur tempuh dan menghubungkan Bali Utara dan Bali Selatanmulai dikerjakan April 2018 ini.  Namun dari total 10DED (Detail Engineering Design) titik shortcut yang direncanakan, tahun ini baru dua titik saja yang bisa mulai digarap.

Kepastian rencana pengerjaan proyek tersebut usai Komisi III DPRD Bali yang menangani pembangunan dan infrastruktur jalan melakukan konsultasi ke Kementerian PUPR di Jakarta bbelum lama ini dan terus berupaya mengawal pembangunan shortcut tersebut hingga benar-benar realisasi seluruhnya.

“Dari 10 usulan DED yang diajukan sebelumnya pada tahun 2018 hanya dua titik yang akan dikerjakan yaitu di Titik 5 dan 6, di mana pengerjaannya dijadikan satu. Shorcut ini untuk mempersingkat jarak tempuh dari Bali Selatan ke Bali Utara.Kami akan kawal terus hingga proyek ini terealisasi seluruhnya,” Ketua Komisi III DPRD Bali I Nengah Tamba Di Denpasar, Kamis (1/2/2018).

Lebih lanjut diterangkan anggaran proyek ini sudah masuk dalam DIPA Kementerian PUPR senilai Rp 158,7 miliar pada tahun 2018. Proyek ini direncanakan menggunakan anggaran multiyears, sehingga akan dianggarkan lagi pada tahun 2019. Saat ini tahapan proyek tersebut sudah berjalan misalnya uji penyelidikan lahan dan ditargetkan Maret sudah selesai, lalu dilanjutkan proses lelang.

“Jadi target April sudah mulai dikerjakan. Sementara pembebasan lahan akan dilakukan oleh Pemkab Buleleng. Kami akan terus pantau semua proses ini agar berjalan lancar. Jangan sampai macet di tengah jalan” tegas politisi Demokrat asal Jembrana itu

Tamba yang juga bakal calon anggota DPR RI dari partai Demokrat yang dikenal dengan tagline TMS (Tamba Menuju Senayan), ini mengatakan, shortcut ini dimulai dari Pura YehKetipat sampai mushola di Wanagiri dengan panjang 1.800 meter.
Proyek shortcut ini merupakan jalan baru. Ada dua jembatan yang dibangun dengan panjang 75 meter dan 200 meter dengan ketinggian 25 meter. “Untuk jembatan dengan panjang 75 meter akan memakai bahan beton gilder, sedangkan jembatan yang panjangnya 200 meter menggunakan baja,” jelas Tamba.

Wakil rakyat yangsudah dua periode  di DPRD Bali dan terkenal vokal ini mengatakan, ada perubahan DED dari sebelumnya karena desain yg direncanakan menggunakan fly over, karena memakan banyak anggaran. Selain itu, aspek keselamatan berbahaya karena berada di ketinggian 80 meter, lebih tinggi dari jembatan Bakung. Ia menambahkan, pembangunan shortcut ini menggunakan kontrak designandbuild seperti di Underpass Tugu Ngurah Rai.

Tamba menegaskan pengerjaan proyek harus dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga bisa selesai sesuai rencana dan tepat waktu. Selain itu, estetika Bali juga harus dikedepankan untuk memberi nilai tambah. “Pembangunan shortcut ini dibangun dengan mengedepan estetika Bali, dibuat dengan indah suapaya mendukung wisata di sekitar. Bila perlu menjadi obyek wisata baru, sebab shorcut itu nanti membelah bukit. Ada sungai dengan dua jembatan itu akan menjadi indah, shortcut menjadi ruas jalan yang beristetika, memiliki daya tari wisata,” pungkas Tamba. WID-MB