GUBERNUR Bali, Made Mangku Pastika mendadak melakukan sidak di lapangan ketika stan pameran PKB ditengarai “ bermasalah “ Tentunya, sidak ini untuk mengetahui secara langsung kebenaran dari informasi publik yang telah direkam oleh media massa (pers). Karena dianggap dapat merusak citra budaya PKB hingga semakin kehilangan ruh dan taksu-nya secara lokal, nasional maupun internasional.
Dalam kesempatan itu, secara khusus gubernur berkeliling di sejumlah stan pameran PKB dan bahkan sempat membeli sebuah lukisan bervisualkan seorang sosok ibu muda dalam dimensi hitam putih sedang berpose telanjang dada sambil menggendong anaknya. Lukisan ini dibandrol Rp. 1,7 juta dan ditawar serta langsung dibayar oleh gubernur Rp. 1,5 juta.

Saat itu, gubernur bahkan sempat meminta penjualnya untuk menyertakan nama pelukisnya dibalik lukisan tersebut. Disela-sela sidak tersebut, gubernur juga sempat mentraktir para awak media massa (pers) Bali baik cetak maupun elektronik makan bersama. Bahkan gubernur harus merogoh koceknya sebesar Rp. 1 juta. Lucunya, gubernur sontak menginvestigasi setiap jenis makanan dan minuman begitu disodorkan nota pembayaran. Selanjutnya, gubernur juga nekat untuk mencoba jajanan tradisional Bali (Laklak,-red) bersama Kadisbud Bali, Ketut Suastika seharga Rp. 10 ribu. “ Waduh, saya sepertinya rugi Rp 2 ribu nih, karena makannya cuma delapan biji, tapi bayarnya 10 biji,” selorohnya sembari terbahak.
Di samping itu, gubernur juga sempat menengok pameran lontar. Untuk mengetahui secara langsung proses digitalisasi lontar mulai dari proses pembersihan hingga disajikan dalam layar monitor setelah melalui tahapan pemotretan khusus. Bahkan gubernur sempat meminta
seorang petugas untuk menuliskan namanya di atas daun lontar sebagai kenang-kenangan. “Ini karena saya sangat suka seni,” selorohnya.
Tak hanya itu, gubernur juga menyempatkan diri untuk membubuhkan tanda tangannya di sebuah lembaran kertas putih yang memang disediakan untuk tanda tangan sejumlah pengunjung dari pameran lontar yang kali perdana diselenggarakan dalam PKB tahun ini. “Saya berharap pameran lontar ini digelar setiap PKB dan diadakan di tempat yang lebih terbuka,” ujarnya.
Kepada awak media massa (pers), gubernur menegaskan supaya “bau amis” terkait jual beli stan dilakukan investigasi sampai tuntas dan tidak boleh terjadi lagi. Bahkan, sejumlah stan pameran yang tidak sesuai dengan produk lokal Bali diminta tegas untuk ditutup. Selain itu, sejumlah stan yang mengelilingi patung Kumbarna Kerebut pun diminta tegas untuk dipindahkan. Agar tidak mengganggu estetika keindahan patung tersebut.
“Saya minta semua stan pameran ini (yang mengelilingi patung,-red) untuk dipindahkan ke tempat lain,” tegasnya sembari menunjuk ke arah stan pameran yang dimaksud kepada Kadisbud Bali, Ketut Suastika, yang didampingi Kepala Art Centre Bali, Ketut Mantara Gandi, dan pengelola stan pameran, Gede Arjawa.
Di samping itu, gubernur mengusulkan untuk melakukan pembenahan sistem pengelolaan stan pameran. Jika masih ada juga oknum yang bermain itu namanya sudah keterlaluan. Maka itu, untuk tahun depan bila perlu stan pameran diusulkan gratis. Artinya, seluruh biaya stan pameran
diambilkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bali.
Ini baru sebatas usulan tapi perlu dikaji tentunya. “Karena pemasukan dari stan pameran selama ini juga tidak begitu besar, tapi malahan menimbulkan masalah setiap tahun bagi citra budaya dalam PKB,” kilahnya.
Gubernur menawarkan agar stan pameran produk sejenis dipangkas dan proses seleksinya lebih selektif. Bila perlu untuk kuliner ada sembilan saja, untuk mewakili delapan kabupaten, dan satu kota. Begitu juga untuk stan pameran lainnya. Supaya stan pameran tidak terkesan sebagai pasar untuk mengejar keuntungan saja. “Untuk mengapresiasi keinginan masyarakat, makanya ada pameran aktif dan pasif. Tapi dalam jumlah terbatas dan selektif tentunya. Karena PKB bukan pasar, melainkan pesta seni budaya dan stan pameran sifatnya pameran bukan untuk berjualan,” tegasnya.
Sementara itu, Kadisbud Bali, Ketut Suastika menegaskan akan menindaklanjuti apapun yang telah diusulkan gubernur untuk secepatnya direalisasikan, sehingga kejadian yang dapat merugikan penyelenggaraan PKB sedini mungkin diminimalisir. Demi penguatan ruh dan taksu PKB
tahun ini tentunya, sehingga kerja keras yang telah dilakukan pihak panitia selama ini tidak sia-sia. “Paling tidak koreksi yang dilakukan dapat menjadi bagian dari sebuah perubahan ke arah yang lebih baik,” harapnya. HP-MB