rumah-duka-di-kelurahan-loloan-timur-jembrana-rabu

Rumah duka di Kelurahan Loloan Timur, Jembrana, Rabu (2/11).

Jembrana (Metrobali.com)-

Wabah DBD (Demam Berdarah Dengue) atau masyarakat kerap menyebutnya DB (Deman Berdarah) di Kabupaten Jembrana memakan korban.

Seorang bocah, Bintang Kayana (6), warga Lingkungan Ketugtug, Kelurahan Loloan Timur (Lotim), Kecamatan Jembrana meninggal dunia karena positif DB. Bahkan sebelum meninggal korban sempat muntah darah atau Dengue Syok Syndrome (DSS).

Kendati DB telah merengut nyawa seorang bocah, menurut beberapa warga, dilokasi tersebut hingga kini tidak pernah dilakukan fogging.

Beberapa warga mengatakan, dari empat orang anak yang sempat dirawat termasuk korban, karena diduga terjangkit virus DB, tiga diantaranya diperbolehkan pulang.

“Ya, ada satu yang meninggal. Pasien DB-nya mengalami Dengue Syok Syndrome” ujar Direktur RSUD Negara, dr. I Made Dwipayana saat dihubungi melalui ponsel, Rabu (2/11).

Sutrianto (36), ayah korban membenarkan kalau anaknya meninggal dunia akibat terjangkit DB. Menurutnya, pada Rabu (19/10) korban mengalami demam disertai pusing, dan saat itu langsung dibawa dokter, dan oleh dokter praktek, korban dinyatakan mengalami radang tenggorokan.

Keesokan harinya, karena demam korban semakin tinggi, korban kemudian dibawa ke prakter dokter lainnya, dan juga dikatakan radang tenggorokan. Namun dengan catatan, jika sampai empat hari demam korban masih tinggi, korban dicurigai terjangkit DBD, dan diminta untuk kembali.

“Belum empat hari, pada Minggu (23/10) malam panas anak saya semakin tinggi dan muntah darah. Lalu saya bawa ke rumah sakit swasta” terang ayah korban, Rabu (2/11).

Karena petugas kesulitan menemukan urat nadi, malam itu juga anaknya dirujuk ke rumah sakit umum Negara.

“Di UGD rumah sakit umum Negara anak saya sempat muntah darah ketika diperiksa. Selang beberapa menit, Senin (24/10) sekitar pukul 00.30, anak saya dinyatakan meninggal” ujarnya.

Menurutnya, bukan saja muntah darah, namun darah juga keluar dari  hidung anaknya itu. “Dokter di UGD bilang, anak saya sudah positif DB” imbuhnya.

Yang membuat heran Sutrianto, ayah korban, sampai hari ini di kawasan tempat tinggalnya tidak pernah dilakukan fogging. Padahal disekitar tempat tinggalnya ada 5 anak lainnya yang diduga telah terjangkit DB, karena umumnya mengalami demam tinggi.

Terkait belum dilakukannya fogging, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Jembrana dr. Putu Suasta mengaku belum mendapat laporan.

“Kami belum menerima laporan dari rumah sakit. Sesuai prosedur, kalau sudah ada yang positif terjangkit DBD, besoknya pasti dan harus difogging” tandasnya.

Data di Dinas Kesehatan Jembrana, jumlah kasus DBD dari Januari hingga akhir Oktober 2016 ini tercatat ada 793 kasus, meningkat dibanding tahun sebelumnya. MT-MB