Arjaya Udeng Poleng

Denpasar (Metrobali.com)-
Sulitnya mewujudkan pemerataan ekonomi di Bali disinyalir karena masih ada pihak-pihak di Denpasar dan Badung yang belum rela jika kabupaten lainnya juga maju dalam melaksanakan pembangunan.

Ketua Komisi I DPRD Bali Made Arjaya sembari berseloroh bahkan memiliki pikiran “nakal” dalam melihat belum tercapainya pemerataan pembangunan, yang masih terpusat di Bali Selatan yakni Denpasar dan Badung.

Dalam simakrama pertemuan rutin yang digagas Pastika dihadiri ratusan tokoh masyarakat dan elemen lainnya, Arjaya berkesempatan menjawab pertanyaan warga dan merespon beberapa isu penting yang menjadi perbincangan publik.

Dia misalnya, merespons soal wacana pemerataan pembangunan Bali Utara dan selatan yang dinilainya masih ada ambiguitas masyarakat. 

Menurutnya, sikap masyarakat tergolong aneh, di satu sisi masyarakat menginginkan adanya pemerataan pembangunan dan perubahan, di pihak lain menentang atau tidak mendukung pembangunan.

Jika di negara lain atau daerah lainnya, mereka memberikan karpet merah untuk investor yang ingin berinvestasi agar pembangunan berjalan namun di Bali, justru sebaliknya.

“Di Bali saya cermati aneh, kalau orang mau membangun di Buleleng ributnya setengah mati, mau membangun F-1 di Jembrana ributnya bukan main, demikian juga mau membangun di Karangasem ributnya setengah mati, ” katanya Sabtu (3/5/2014).

Anehnya, sebagaimana disorot Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), laju pembangunan hotel di Badung dan Denpasar saat ini tengah menjamur. Meski dari sisi perizinan sudah berjalan, namun kenapa tidak ada yang pernah meributkan.

Karena itu, kemudian muncul pikiran “nakal” dalam benak Arjaya, apakah jangan-jangan, orang di Denpasar yang tidak ingin daerah-daerah lainnya di Bali tidak terjadi pemerataan pembangunan?.  SIA-MB