Foto: Pengurus KONI Bali Bidang Hubungan Luar Negeri dan Sport Tourism I Dewa Putu Susila tak lelah mendorong pengembangan sport tourism di Bali.

Tabanan (Metrobali.com)-

Pengurus KONI Bali Bidang Hubungan Luar Negeri dan Sport Tourism I Dewa Putu Susila mendorong para pelaku industri pariwisata bekerjasama dengan perguruan tinggi di Bali terkait pengembangan sport tourism (pariwisata olahraga).

Misalnya dalam hal riset terkait potensi sport tourism di Pulau Dewata hingga juga dalam menyiapkan SDM handal dan profesional yang bisa berada di garda terdepan mengembangkan “The Sleeping Giant” atau raksasa tidur pariwisata Bali ini.

“Harus ada sinergi industri pariwisata dan perguruan tinggi dalam hal riset dan penyiapan SDM untuk mengembangkan sport tourism yang bisa menjadi master piece baru pariwisata Bali,” kata Dewa Susila ditemui di Tabanan, Selasa (23/7/2019).

Menurut Dewa Susila, sport tourism di Bali belum digarap dengan maksimal padahal potensinya sangat besar. Berbagai permasalahan pun masih jadi penghambat untuk membangkitkan “The Sleeping Giant” atau raksasa tidur pariwisata Bali ini secara komprehensif dan terkonsep dengan baik.

Salah satunya menyangkut big data di industri ini yang juga berkaitan erat dengan minimnya riset-riset di sektor sport tourism Pulau Dewata.

“Minimal perlu riset market size hingga pemetaan potensi dan venue sport tourism di Bali,” tegas Dewa Susila yang memang dikenal gencar menyuarakan pengembangan sport tourism Pulau Dewata.

Misalnya menyangkut berapa market size atau potensi pasar sport tourism di Bali, tidak ada yang tahu pasti. Minimal ada prediksinya sehingga bisa memberikan insight bagi pelaku industri pariwisata, pemerintah, insan olahraga dan stakeholder terkait.

Di banyak negara maju, sport tourism ini merupakan industri bernilai miliaran dolar. Bahkan menurut Plunkett Research Group nilai industri sport tourism secara global diperkirakan mencapai 1,7 triliun dolar AS yang menjadi sport tourism merupakan mega bisnis.

Berdasarkan laporan Global Sports Tourism Market 2019-2023 (dilansir dari technavio.com) diprediksi pertumbuhan market industri sport tourism sangat siginifikan mencapai 6,120 miliar dolar AS selama periode 2019-2023.

Di Indonesia, sport tourism juga kian bergeliat dalam beberapa tahun terakhir. Terlebih juga pasca kesuksesan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018 lalu.

Dilansir dari swa.co.id, Jumat (10/8/2018), perkembangan sport tourism di Indonesia juga menjadi sektor dengan pertumbuhan tercepat, yaitu 6 persen per tahun atau sekitar 600 miliar dollar AS per tahun.

Selain itu, tercatat mengambil porsi 25% dari total penerimaan industri perjalanan dan pariwisata (UNWTO, 2015).

“Kalau kita tahu perkiraan market size sport tourism di Bali saat ini dan berapa persen potensi pertumbuhannya ke depan, kita setidaknya punya pegangan apa yang harus dilakukan menggarap potensi yang besar ini,” kata Dewa Susila.

Riset yang penting juga dilakukan, imbuh Sekretaris Umum (Sekum) Pergatsi (Persatuan Gateball Seluruh Indonesia) Bali ini, adalah memetakan potensi sport tourism di Bali.

Misalnya menyangkut olahraga apa saja yang potensial dijadikan event sport tourism. Sebenarnya olahraga yang sangat potensial dikembangkan sebagai sport tourism terbagi menjadi dua yakni hard sport tourism dan soft tourism.

Hard sport tourism merupakan pariwisata olahraga yang terkait dengan acara besar yang bersifat regular seperti Olimpiade, Asian Games, Sea Games, World Cup atau event sport tourism regular yang bertaraf internasional.

Sementara soft sport tourism adalah pariwisata olahraga yang lebih kental unsur gaya hidupnya. Seperti lari, sepeda, surfing, hiking, golf, dan lainnya.

“Di Bali semua itu sangat potensial dikembangkan jadi sport tourism dan banyak lagi yang lainnya. Potensi ini yang perlu kita petakan terkait peluang dan juga tantangannya,” ujar Dewa Susila yang juga Ketua Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Cabang Bali ini.

Lalu jenis olahraga yang potensial dikembangkan menjadi event-event sport tourism bertaraf internasional ini juga akan terkait dengan tempat penyelenggaraan atau venue dan fasilitas penunjang lainnya.

“Jadi dipetakan juga titik-titik lokasi atau venue yang bisa menggelar event-event sport tourism itu. Tapi sebisanya tentu harus berkelas internasional,” tandas pria yang sukses mendorong adanya kerja sama luar negeri antara KONI Bali dan Dewan Olahraga Provinsi Jeju, Korea Selatan dalam meningkatkan prestasi altet Bali. (wid)