Wisata MICE

Denpasar (Metrobali.com)-

Peneliti dan Konsultan Destinasi MICE Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Christina L Rudatin melansir data tentang kota layak sebagai destinasi wisata MICE dari 16 destinasi wisata MICE yang ditetapkan oleh Kemenparekraf.

Selama ini, kata dia, kota yang sudah mampu menyelenggarakan sebuah konferensi menganggap telah menjadi bagian dari wisata MICE. “Padahal, masih ada banyak kriteria sebuah destinasi dianggap sebagai destinas MICE. Tidak semudah mengatakan kalau mampu menyelenggaran sebuah konferensi, maka dia dianggap sebagai destinasi MICE,” kata Christina di Kuta, Jumat 13 Juni 2014.

Menurutnya, ada sembilan kriteria dan 65 indikator sebuah destinasi bisa dikatakan sebagai destinasi MICE. Dari kriteria dan indikator tersebut, Bali dan Jakarta adalah wilayah yang memenuhi kelayakan tersebut. Namun demikian, bukan berarti kota lain di Indonesia tidak memiliki potensi MICE. “Pemerintah baik pusat maupun daerah perlu memperhatikan hal tersebut,” ujarnya. 

Saat ini, Bali menduduki rangking 46 dari destinasi MICE dunia. Sementara Jakarta menduduki peringkat di atas 100. Dengan begitu, Bali jauh meninggalkan Jakarta dalam hal destinasi wisata MICE.

Sementara itu, di tingkat dunia, Indonesia jauh tertinggal dari negara lain seperti Singapura. Meski negara kecil, Singapura mampu menempati peringkat 6 dunia. 

Menurut dia, pemerintah perlu memperhatikan hal tersebut karena rata-rata peningkatan wisatawan di atas 40 persen dibanding wisatawan biasa. Hal ini terjadi juga untuk lama tinggal, jumlah uang yang dibelanjakan dan kualitas wisatawan sendiri. 

Kelemahan yang terjadi selama ini adalah pencatatan dan proses pelelangan (bidding). “Memang ada banyak pertemuan internasional di Indonesia, tetapi tidak dianggap MICE bukan merupakan proses bidding, karena digelar hanya karena mendapat giliran. Ini sama sekali tidak dicatat oleh asosisasi MICE internasional,” papar Christina. JAK-MB