Denpasar (Metrobali.com)-

Keasrian ekosistem lingkungan hidup alam Bali kian terancam. Tak pelak, Bali pun di tahun 2050 diramalkan bakal tenggelam. Nah, dalam upaya menyikapi hal itu, dunia pendidikan sebagai pencetak karakter bangsa dituntut harus lebih proaktif. Artinya tampil terdepan sebagai pelopor gerakan cinta lingkungan hidup melalui penerapan kurikulum pembelajaran formal maupun non-formal dari jenjang pendidikan  dasar maupun menengah hingga perguruan tinggi.

Hal ini untuk mengubah perilaku dan menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih peduli lingkungan sejak dini. Sehingga, lingkungan hidup alam Bali tidak dieksplorasi secara membabi-buta hanya demi kepentingan sesaat.

Demikian diungkap oleh Ketua PGRI Bali, Dr. I Gede Wenten Aryasuda, Kamis (27/9) kemarin. Dia mengatakan bahwa pendidikan lingkungan hidup sebagai muatan penting bagi upaya mencetak karakter bangsa. Namun, tidak mutlak harus dikemas dalam satu mata pelajaran tersendiri, melainkan cukup disisipkan dalam mata pelajaran yang sudah ada seperti mata pelajaran IPA, dan Biologi, serta lainnya.

Di samping itu, khusus di Bali rasanya pendidikan lingkungan hidup sangat layak disisipkan dalam pendidikan agama. Karena sangat identik dengan konsep Tri Hita Karana, yang mengajak publik untuk mewujudkan harmonisasi hubungan sosial terutama antara manusia dengan lingkungan hidup.

Menurutnya, pendidikan lingkungan hidup sudah sangat mendesak dan patut mendapatkan prioritas. Jangan menunggu kerusakan lingkungan hidup makin parah baru melakukan gerakan penyadaran seperti halnya kejadian aksi anarkitisme atau tawuran antarpelajar yang kian memprihatinkan. “Genjot pendidikan lingkungan hidup guna mencetak kader generasi yang peduli dan cinta akan keselamatan kehidupan alam Bali ke depannya,” ajaknya. IJA-MB