Denpasar (Metrobali.com)-

Komitmen Pemkot Denpasar untuk membangkitkan kembali kesenian arja yang sempat jaya di era 60 hingga tahun 70an terus ditunjukkan. Dibuktikan dengan keikut sertaan  Sekeha Arja Remaja Yowana Werdhi Banjar Batan Buah Dentim sebagai duta Denpasar dalam “Parada Arja Remaja” di ajang PKB ke 34.

Untuk melihat kesiapan sekeha, Selasa (1/5) bertempat di Balai Banjar Batan Buah, sejumlah tim pembina dari propinsi Bali dipimpin Sang Tut Sandiyasa mendatangi sekeha ini untuk memberikan pembinaan. Turut mendampingi Sekda Kota Denpasar Rai Iswara, Kadis Kebudayaan Md. Mudra, Camat Dentim IB Alit, Bendesa, Kades, Kadus, Tokoh-Tokoh Seni, Para Pembina dan masyarakat setempat.

Dengan mengambil lakon “Titel Purana” hasil garapan para pembina seperti; Ni Nyoman Nik Suwastu, A.A. Putra, Gung Raka dan lain-lain, sejumlah pemain yang terdiri dari anak-anak remaja telah siap dengan dandanannya. Seperti; Diah Pradnyawati yang berperan sebagai Condong, Wijayanti (Galuh), Sugandhini (Limbur), Ayu Swandewi (Desak Rai) dan lain-lain. Diceritakan, di kerajaan Daha dipimpin seorang permaisuri yang mempunyai dua orang anak gadis yaitu Diah Kumadasari yang merupakan anak tiri dan Diah Candraningrum anak kandung menerima lamaran dari dua kerajaan berbeda. Satu dari kerajaan Jenggala dan satunya lagi dari kerajaan Pajang Mataram dimana kedua kerajaan tersebut sama-sama  meminang Diah Kemudasari yang terkenal cantik dan cerdas. Karena perebutan terebut terjadilah perang mulut dan akhirnya perkelahianpun tak bisa dielakkan dengan senjata ditangan masing-masing.

Ditengah perkelahian tersebut datanglah permaisuri kerajaan Daha untuk melerai dan menengahi persoalan tersebut. Dari lakon yang dibawakan anak-anak ini, secara keseluruhan telah mampu dibawakan dengan baik. Seperti disampaikan Sang Tut Sandiyasa selaku ketua tim pembina Propinsi dihadapan para penari “Secara umum sudah bagus”, ujarnya.

Walaupun sudah bagus namun ada beberapa sisi yang perlu pembenahan  seperti; bagaimana mengambil nafas saat bernyanyi agar tidak kehabisan nafas serta cara mengambil nada agar tidak fals disamping kemampuan intonasi dan improvisasi yang disebut gending cecengkokan. Kemudian bagaimana menguatkan karakter sesuai dengan peran yang dibawa agar metaksu dan tidak keluar dari pakem arja, jelasnya.

Sementara Jro Ratna salah satu dari tim pembina melihat dari sisi agem tarian, ekspresi tatkala sedih maupun gembira serta komposisi para penari di panggung agar tidak tumpang tindih, ujarnya. Sedangkan Swariga meyoroti soal harmonisasi antara gamelan terutama suling pengiring dengan penyanyi agar selaras. Diakhir acara, dari waktu yang masih tersisa  Tim berharap agar apa yang menjadi masukan tersebut bisa ditindak lanjuti sehingga pada saatnya nanti penampilan sekeha arja Yowana Werdhi ini bisa lebih sempurna. SDN-MB