ILustrasi- Imunisasi Bayi

Oleh: dr. Felicia Anita Wijaya

Salah satu penyebab orang tua enggan membawa anaknya imunisasi  adalah suhu tubuh anak menjadi meningkat alias demam setelah imunisasi tersebut. Namun apakah demam setelah imunisasi itu berbahaya? Kenyataannya, imunisasi merupakan suatu cara untuk melindungi tubuh dari penyakit berbahaya, mencegah sakit berat, cacat dan kematian.
Contohnya saja, pada tahun 2017 terjadi kejadian luar biasa (KLB) difteri yang mematikan. Hal ini merupakan indikator bahwa program imunisasi nasional tidak mencapai sasaran. Padahal bila sudah terjadi hal seperti ini banyak orang tua yang resah dan gelisah takut bila anaknya tertular. Sehingga sebaiknya dilakukan pencegahan terlebih dahulu yaitu dengan imunisasi. Dalam menangkal kejadian luar biasa difteri ini, pemerintah pun menggalakkan program ORI (Outbreak Response Immunization) yaitu upaya pemberian imunisasi tambahan untuk meningkatkan kekebalan komunitas agar terhindar dari penyakit difteri tersebut. Dari hal ini maka bisa dilihat bahwa imunisasi lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan respon yang ditimbulkan setelah imunisasi.
Ketika anak diimunisasi, tubuh anak dimasukkan vaksin yang sudah jinak. Kemudian, tubuh akan memproduksi respon imun tanpa menunjukkan gejala penyakit tersebut. Saat membentuk respon imun inilah, tubuh membentuk sistem kekebalan sehingga memberikan  respon, seperti demam, gatal, bengkak dan nyeri pada bekas suntikan. Respon inilah yang akan menyebabkan anak rewel, susah makan dan sulit tidur setelah imunisasi. Namun hal tersebut akan hilang dalam 2-3 hari dan sangat wajar terjadi pada semua anak yang mendapat imunisasi sehingga orang tua tidak perlu merasa khawatir. Lagipula tidak semua imunisasi memberikan respon demam. Imunisasi yang dapat menyebabkan demam salah satunya adalah imunisasi  DPT (dipteri, pertusis, dan tetanus). Dan selain itu, tiap anak akan memberikan respon yang berbeda – beda setelah imunisasi sehingga tidak semua anak mengalami respon demam ini.

Penanganan demam yang baik adalah dengan meningkatkan pemberian minum kepada anak baik itu ASI maupun susu formula karena cairan tubuh pada anak yang mengalami demam akan lebih mudah menguap sehingga berisiko terjadi dehidrasi. Disarankan juga bila anak demam memakai pakaian yang tipis untuk membantu mengeluarkan panas dari tubuhnya, dekap/peluk anak untuk memberikan rasa nyaman, kompres tubuh dengan air hangat  untuk melebarkan pembuluh darah di permukaan kulit anak sehingga panas dari tubuhnya lebih mudah keluar, pantau suhu tubuh anak secara berkala, istirahat yang cukup, anak tetap boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat dan biarkan anak istirahat. Bekas suntikan yang bengkak atau nyeri dapat dikompres dengan air dingin. Apabila dengan cara ini belum membantu meredakan demam atau demam diatas 38,5 derajat Celcius, maka dapat diberikan obat penurun panas pada dosis dan waktu yang tepat sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan. Biasanya baik di posyandu, puskesmas, bidan, dokter, maupun rumah sakit selalu memberikan obat penurun panas setelah imunisasi terutama imunisasi DPT untuk dibawa pulang sebagai persediaan orang tua apabila di rumah anaknya panas. Namun apabila anak sudah menunjukkan gejala, seperti demam makin tinggi lebih dari 40 derajat Celcius, anak menangis lebih dari 3 jam pada satu waktu, demam lebih dari 3 hari dan mengalami kejang karena demam sangat tinggi sebaiknya segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk diidentifikasi lebih lanjut karena belum tentu penyebab anak demam ini akibat imunisasi, bisa saja karena hal lain.
Dengan ini orang tua tidak perlu khawatir lagi memberikan imunisasi kepada anaknya. Lakukanlah imunisasi secara lengkap dan tepat waktu sesuai jadwal agar anak mendapatkan perlindungan menyeluruh. Lebih baik mencegah suatu penyakit daripada mengobatinya. Apabila ragu, oranng tua dapat mengkonsultasikan hal ini dengan tenaga kesehatan. (***)