Agus Martowardojo

Jakarta (Metrobali.com)- Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan sepanjang 2014 bisa mencapai 27 miliar dolar AS, lebih baik dibandingkan defisit tahun sebelumnya yang mendekati 30 miliar dolar AS.

“Defisit transaksi berjalan diprediksi kembali membaik di triwulan-triwulan berikutnya, seiring dengan terus membaiknya ekspor manufaktur, kembali dimulainya ekspor mineral, serta tren melambatnya impor nonmigas,” kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (14/8).

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sendiri membaik pada triwulan II 2014 meskipun defisit transaksi berjalan meningkat. NPI mencatat surplus ditopang kinerja transaksi modal dan finansial.

Defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2014 mencapai 9,1 miliar dolar AS (4,27 persen dari PDB), menurun dari defisit pada triwulan II 2013 sebesar 10,1 miliar dolar AS (4,47 persen dari PDB) sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah, meskipun meningkat dari defisit pada triwulan I 2014 sebesar USD4,2 miliar (2,05 persen dari PDB) sejalan dengan pola musimannya.

“Peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas belum mampu mengimbangi peningkatan defisit neraca perdagangan migas,” ujar Agus.

Agus menuturkan, ekspor komoditas seperti batu bara, CPO dan mineral mengalami penurunan seiring dengan melambatnya pertumbuhan di negara emerging dan penerapan UU minerba.

Sedangkan, ekspor manufaktur seperti otomotif, tekstil dan pakaian jadi terus meningkat dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara maju.

Impor khususnya barang konsumsi dan minyak pada triwulan II 2014 relatif tinggi sejalan dengan faktor musiman lebaran.

Sementara itu, pembayaran bunga utang luar negeri dan repatriasi dividen/kupon yang mengalami kenaikan akibat pola musiman pada triwulan II turut mendorong tekanan pada defisit transaksi berjalan.

Di sisi transaksi modal dan finansial, surplus transaksi modal dan finansial meningkat cukup besar pada triwulan II 2014 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, ditopang oleh tingginya arus masuk investasi portofolio dan PMA sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik.

“Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi 110,5 miliar dolar AS, setara 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” ujar Agus.

Agus menambahkan, ke depan, defisit transaksi berjalan diperkirakan akan kembali membaik di triwulan-triwulan berikutnya, seiring dengan terus membaiknya ekspor manufaktur dan kembali dimulainya ekspor mineral, serta tren melambatnya impor nonmigas. AN-MB