LEKUK  otot tubuhnya sangat atletis. Sorot matanya tajam. Rambutnya sepundak sangat terasa orang Bali. Ia adalah Made Pande  (38) sosok pemuda Bali yang masih kental mempertahankan tradisi Balinya. Tradisi prapen (Pande) yang diwariskan para luhurnya masih dia lakoni dalam keseharian.

Rumahnya di Jln Kenyeri Denpasar , masuk gang Majegau, di situlah tempat Prapen Wesi Aji-nya. Tempat sang empu muda ini melahirkan pusaka keris dan tumbak dengan pamor yang indah. Ia keluarga Pande tulen. Empu sejati. Made Pande yang sering disebut De Pande ini sering tak memakai baju dan bertelanjang dada. Ototnya yang menyebul menunjukkan dia sebagai pande ulet dan pekerja keras.  Bapaknya masih gagah, sering tak memakai baju juga.
Ibunya perempuan tegar, yang selalu sibuk menyiapkan sajen, bunga untuk upacara ritual rutin. Made punya adik, tentu namanya Nyoman, badannya besar, pelatih taekwondo, gagah, merupakan tangan kanan Made dalam menempa besi (memijeh besi). Dan, jangan dilupakan pula bapaknya De Pande juga ikut  menempa besi hingga menjadi sebuah keris dan tombak.
Ada lagi adik perempuanya , cantik khas Bali. Selalu berada di sekitar ayah ibunya, meladeni tamu tamu De Pande yang tak pernah putus asa menyapanya. Rumahnya yang sempit kini terasa lebar, tatkala pembicaraan sudah mengarah kepada pembuatan keris. Semua menjadi hidup.  Semua mengalir begitu saja. Perjalanan waktu tak terasa. Made Pande sendiri sudah beristri perempuan Jepang yang cantik dan matang. Mereka juga memiliki bisnis yang relative maju.
Ketika wartawan Metro Bali bertandang  ke rumahnya, De Pande dan keluarganya begitu ramah menyapa. Jalan Kenyeri adalah tempat nyaman bagi Empu Made dalam mengolah jiwa dan ciptaanya. Penglingsir, Cokorde, Ratu Aji, Puri terkemuka, pejabat pemerintah sering hadir di pendopo yag relative sempit itu. Walaupun prapen wesi aji itu kecil, tetapi di situ bersemayam manusia yang berhati lapang dan berjiwa luas.
Prapennya kecil, merangkap dapur, disititulah peluh mengalir menyiram bara api, tercipta pamor yang indah. Tak ada kata uang dalam pengabdian dirinya. Dia lakukan dengan tulus. Tidak sembarang orang bisa memesan keris atau tumbak di Prapen Wesi Aji ini. ‘’Jika tidak berjodoh, mereka yang ingin memesan keris atau tumbak  tak pernah akan terwujud. Ada saja halangan dalam pemesanan keris. Oleh karena itu, memesan keris di sini setidaknya berdasarkan hati yang tulus,’’ kata lelaki yang menghargai persaudaraan.
Sedikitnya, ada 40 karya keris dan tumbak yang sudah dihasilkan De Pande. Para pengoleksi karyanya sebut saja Bupati Gianyar Tjok Atje, Wakil Gubernur Bali, AA Puspayoga, Nyoman Sudiantara (Ponglik),  dan Ngurah Joko. Sebagai seorang Empu Modern Made Pande juga membuat pajenengan di Pura Semeru (Jatim) dan Pejengan Puri Agung Klungkung.
Pada tahun 2009, Ketua Asosiasi Pamor Keris Dunia (World Damascus International) pernah bekunjung ke Prapen Wesi Aji. Kedatangannya dalam rangka menulis perkembangan keris di Bali.  Ososiasi pamor keris Dunia  berkedudukan di Bergamasi, Italia. Dalam bukunya itu, mereka menulis bahwa di Bali masih ditemukan Empu Modern. Selain itu, Edwar Hutabarat, seorang Desainer dan kurator keris  menyatakan, keris buatan De Pande tidak dilihat dari fisik saja, akan tetapi juga terkait dengan keyakinan, budaya dan life style (gaya hidup).
Menurut De Pande, keris harus dilihat secara utuh. Di sana ada teknologi, seni, dan spiritual (simbol-simbol keyakinan orang Bali). Saat membuat keris untuk seseorang, harus melihat aura orang yang bersangkutan. Keris sesungguhnya isin keneh (isi hati) orang yang membuat keris. Karena itu, dalam pembuatan keris harus berdasarkan teologi. Artinya, penyatuan dua unsur  ‘’bapa akasa’’ dan ‘’ibu pertiwi’’ dengan simbolis bendanya berupa besi dan meteor.
Dikatakan, keris juga memiliki tiga unsur yakni api, angin, dan air. Sombolisnya berupa besi, baja dan bahan pamor. Bahan pamor terdiri dari nikel, meteor, dan titanium. Tiga unsur ini disebut Sanghyang Tiga Sakti yakni manifestasi Ciwa Pasupati yang diperingati setiap Tumpek Landep. Keris sesungguhnya refleksi tubuh manusia. ‘’Sesungguhnya di dalam badan manusia sudah ada keris. Sekarang apakah kita mampu menghidupkan keris dalam diri kita, atau tidak,’’ kata Pande.
Dalam perjalanan sejarah pembuatan keris, De Pande pernah mengikuti pameran di Galeri Nasional Indonesia di Jakarta, 3 Juni 2010 bertema ‘’Keris For The World 2010’’.  Dalam pameran tersebut, berbagai empu keris seluruh Indonesia menunjukkan karya-karyanya. Hanya satu yang jadi impian De Pande yang kini masih menjadi angan-angannya yakni  ingin memperkenalkan keris di mata dunia. Sutiawan