Gianyar (Metrobali.com) Serangkaian dengan diadakannya Pameran Perjalanan Rasa II: “Gema Merdeka” yang dibuka pada Kamis (15/8) lalu, Bentara Budaya Bali menggelar workshop seni rupa bertajuk “Dari Rasa ke Rupa”. Workshop yang akan memperbincangkan tentang pengolahan unsur-unsur lukisan ini akan berlangsung pada Sabtu (17/8) di Bentara Budaya Bali, Jln. Prof. Ida Bagus Mantra 88A, Ketewel, pukul 14.30 Wita.

Sebagai pembicara, hadir kelompok perupa yang terdiri dari Sipa Manik, Made Budhiana, Wayan Sunadi (Doel), Uuk Paramahita, Listya Wahyuni, Ketut Jaya (Kaprus), Nengah Yashe, dan Wayan Bawa. Mereka tidak hanya memperbincangkan seputar teknik mengolah garis, warna, serta melahirkan komposisi dengan aneka kemungkinan stilistiknya; tetapi juga bagaimana kekuatan ‘rasa’ sebagai sumber kreatif yang dapat melahirkan capaian estetik menakjubkan.

Staf Bentara Budaya Bali, Putu Aryastawa mengungkapkan bahwa dalam workshop ini terbuka untuk umum, terutama bagi generasi muda yang memiliki minat pada dunia seni rupa. “Selagi mencermati workshop, peserta juga akan diajak untuk menikmati pameran lukisan yang menampilkan karya yang sarat akan nilai komunal.”

“Para seniman yang juga akan menjadi pembicara workshop, mencoba menekankan pentingnya menjaga nilai ‘rasa’ empati yang tulus pada segala wujud pergaulan sosial.” tambah Putu.

Sipa Manik, dkk. meyakini bahwa ‘Rasa’ memiliki kecerdasannya sendiri atau Emotional Quotient (EQ) yang layak dilatih sejalan dengan membangun kecerdasan pikiran atau Intelligence Quotient (IQ). Kedua hal tersebut bila mampu diselaraskan, pada gilirannya akan mampu membentuk apa yang disebut ‘Kecerdasan Sosial’. Semua itu dimungkinkan dicapai melalui laku kesenian atau jalan penciptaan, bahkan akan menjadi lebih paripurna lagi karena terkondisikan kemungkinan hadirnya ‘Kecerdasan Spiritual’ atau Spiritual Quotients (SQ).

Sekilas Pembicara
Sipa Manik, lahir di Mataram, 4 Mei 1964. Baru saja melangsungkan pameran tunggalnya Back To Heart di Made Budhiana Gallery, Villa Pandan Harum, Lod Tunduh, Ubud – Bali (2013), serta beberapa pameran bersama seperti Pemeran Silaturahmi Budaya di Gedung Wisma A. Yani, Gresik Surabaya (2000), Pameran Seni Rupa Nusantara II di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta (2002), dll.

Made Budhiana, lahir di Denpasar, 27 Maret 1959. Seniman lulusan ISI Yogyakarta ini telah berpameran tunggal di antaranya Art, Shit & Parasite, Bentara Budaya, Bali (2011), di Maha Art Gallery, Sector, Sanur (2010), The Northern Territory Museum of Art and Sciences, Darwin, Australia (1989), dan Cemeti Modern Art Gallery, Yogyakarta (1989). Turut pula dalam pameran bersama seperti Perjalanan Rasa, Maha Art Gallery, Bali (2012), Bamboo Festival, Bentara Budaya Bali (2009), Six Masters From Bali, Maha Art Gallery, Sanur (2009), Entitas Nurani, Art Centre Denpasar – Bali (2008) dan Ilustrasi Cerpen KOMPAS”, Gramedia, Jakarta (2008).

Wayan Sunadi (Doel), lahir di Tabanan, 28 Januari 1969. Lulusan SMSR Denpasar dan ISI Yogyakarta ini pernah meraih Penghargaan dari Menpora Akbar Tanjung dalam rangka Sumpah Pemuda di Jakarta (1990), Penghargaan Lukisan Cat Minyak Terbaik dari ISI Yogyakarta (1991), Penghargaan 10 Besar Philip Moris Indonesia Art Award (1995) dan Penghargaan dari Ibu Tien Suharto Dalam rangka lomba lukis tingkat Negara Asean di Jakarta (1995). Ia juga turut dalam berbagai pameran bersama.
Uuk Paramahita, lahir di Denpasar, 17 April 1978. Beberapa pameran terpilihnya antara lain Solo Exhibition: Attention For Nature & Life – Three Monkey Couisine And Art Ubud Bali (2005), Aku Ke Dua. – Danes Art Veranda – Bali (2006), Me Between Us. – Tony Raka Gallery – Bali (2007), Sabah Folk Art Festival. – Balai Penampang Kota Kinabalu Sabah Malaysia (2011), 5th Beijing Art Biennale – Future and Reality – National Museum of China (2012), dll.

Ketut Jaya Kaprus, lahir di Budakeling, Karangasem, 15 Juli 1970. Turut serta dalam beberapa pameran seperti Exhibition at Expansionist Art Empire Gallery extendid to Desember 22, 2012, Nederland (2012), Pameran Bersama “BALI ARTISTS CAMP EXHBITION” 19 Oktober – 19 November 2012 di Galery Budhiana Villa Pandan Harum, Lod Tunduh, Ubud (2012), Pameran Berdua “DUA DI JALUR KIRI#2” di Warung YaYAA, Sanur, Bali (2011), Pameran Bersama “Bali Insperies” di Museum Rudana (2010), Pameran Bersama “Kisah Dua Kota” di Sangkring, Art Space, Yogjakarta (2008), Pameran Bersama Seni Rupa Bali Kontemporer di Bentara Budaya Jakarta (2001), dll.

Listya Wahyuni, lahir di Denpasar 1 Maret 1984. Pernah berpameran bersama Hut Bali TV .GedungSatyaNaradha Denpasar (2004), pameran bersama Di Gedung Pusat Pelestarian Hutan Mangrove Benoa Bali (2006), Pameran Radar Bali Art Award. Tony RakaGalery Bali (2008), Art ALA MODE d’ Gallerie Jakarta (2009), Perjalanan Rasa di Maha Art Gallery Denpasar (2012), dll.
I Nengah Kariyasa, lahir di Karangasem Bali, 1 Maret 1979. Beberapa pameran yang pernah diikutinya antara lain “Perjalanan Rasa” di MahaArt, Denpasar (2012), Pameran Bersama di Art Center Denpasar, Bali (2006), Pameran Cat Air dan Sketsa di ISI Denpasar (2003), Pameran Bersama di Puri Kanginan Karangasem, Bali (1997), Pameran Gebyar SMK se-Indonesia, SMSR Denpasar (1995), dll.

I Wayan Bawa, sedari remaja mempelajari seni Gambuh, topeng dan dibawah bimbingan I Made Djimat, salah satu sesepuh tari Bali yang legendaries. Ia juga pernah menempuh pendidikan di Akademi Tari STSI Denpasar. Ia bergabung dengan ISTA sedari tahun 1995 dan menjadi bagian dari Theatrum Mundi Ensemble mementaskan pertunjukan Ur-Hamlet and The Marriage of Medea yang disutradarai oleh Eugenio Barba. Sejak tahun 2000 I Wayan Bawa berkolaborasi dengan Julia Varley melakukan pementasan dan memberi workshop The Total Actor. Pada tahun 2011 ia turut serta dalam pameran SAMPOERNA Gathering Maha Karya Exibition, at Hardys Bali.