Jakarta (ANTARA) – Sekretaris Kabinet Dipo Alam membantah dana Rp4 miliar untuk pemulangan Nazaruddin dengan pesawat jet carter dari Bogota, Columbia, berasal dari pemerintah.

“Itu dana dari KPK, bukan dari Kepolisian RI atau Kejaksaan,” tegasnya di Jakarta, Jumat pagi, mengenai rencana pemulangan mantan Bendahara Partai Demokrat Nazaruddin ke Tanah Air.

Rute penerbangan dengan pesawat carter tersebut melalui Sudan, transit di Dubai, Singapura, lalu ke Jakarta. Oleh karena pesawat carter, kemungkinan besar mendarat di Bandar Udara Halim Perdana Kusuma dan bukan di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bahrul Alam memperkirakan Nazarudin tiba di Jakarta hari Jumat ini.

Dipo mengatakan jangan sampai ada kesan pemerintah mengistimewakan Nazaruddin dengan menggelontorkan uang miliaran untuk pemulangannya. “Sekali lagi itu dana dari KPK dan KPK bukan lembaga pemerintah, melainkan lembaga negara. Meskipun, uangnya berasal dari APBN juga,” jelas Dipo.

Menjawab pertanyaan apakah cukup berharga mengeluarkan uang sebanyak itu untuk memulangkan seorang buronan, Dipo mengatakan menghormati KPK yang dengan segala pertimbangan memulangkan Nazaruddin secepatnya ke Tanah Air.

“Saya kira KPK sudah mempertimbangkan dengan matang dari unsur keselamatan, kecepatan pemulangan untuk proses pemeriksaan, maupun dari unsur praktisnya. Itu kita hormati,” katanya.

Pemerintah Columbia, lanjutnya, tidak bisa memulangkan Nazaruddin dengan biaya dari mereka dan meminta Indonesia mengurus pemulangan orang buronan KPK dan Interpol tersebut. Jika menggunakan penerbangan umum komersial dianggap tidak praktis, maka diputuskan untuk memakai pesawat carter.

Penerbangan dari Bogota ke Jakarta dengan memakai pesawat komersial memakan waktu sekitar 36 jam, termasuk transit. Dengan menggunakan pesawat carter, waktu itu bisa dipersingkat.

Menko Polhukam Djoko Suyanto sebelumnya mengaku tak mengetahui pemulangan Nazaruddin memakai pesawat carter atau tidak. Ia juga tak bisa memastikan biaya yang dibutuhkan untuk membawa pulang Nazaruddin.

“Teknis itu terserah kepada tim di lapangan. Saya tidak tahu harga carter pesawat di sana. Yang penting secepatnya pulang,” demikian Menko Polhukam.