Foto: Tokoh masyarakat Karangasem Made Ramia Adnyana yang juga kader PDI Perjuangan.

Karangasem (Metrobali.com)-

Di luar dugaan Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Karangasem Gede Dana dan I Wayan Artha Dipa (Dana Dipa) menang versi hitung cepat PDI Perjuangan sebagai Bupati dan wakil Bupati Karangasem pada Pilkada 9 Desember 2020.

Secara mengejutkan paslon Dana Dipa yang diusung PDIP dan Hanura menang dengan selisih suara cukup besar, yakni 149.267 atau 56,6 persen. Dana Dipa menang di semua kecamatan di Kabupaten Karangasem.

Sementara lawannya pasangan IGA Mas Sumatri dan I Made Sukerana (Massker) hanya memperoleh suara 114.366 atau 43,4 persen.

Kemenangan Dana Dipa yang memberikan harapan baru bagi perubahan di Karangasem menuju Karangasem Era Baru disambut antusias dan euforia berbagai elemen masyarakat Karangasem.

“Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh masyarakat Karangasem yang telah memilih Dana Dipa Nomor Urut 1 sebagai Bupati dan Wakil Bupati Karangasem dalam Pilkada Serentak 9 Desember 2020. Welcome Karangasem Era Baru,” kata tokoh masyarakat Karangasem Made Ramia Adnyana yang juga kader PDI Perjuangan, Kamis (10/12/2020).

Selanjutnya, kata Ramia Adnyana, pihaknya akan merapatkan barisan untuk mewujudkan visi dan misi Dana Dipa terutama pembangunan sektor pariwisata 5 tahun ke depan.

Sebab Karangasem memiliki potensi yang sangat luar biasa untuk dikembangkan untuk menambah pundi pundi PAD Kabupaten Karangasem. Baik itu history (sejarah), heritage (peninggalan bersejarah), handycraft (produk kerajinan / industri kreatif) serta habitat (lingkungan alam yang elok ) yang kesemuanya bisa dikemas menjadi produk pariwisata yang berkualitas.

Karangasem merupakan permadaninya pariwisata Bali yang harus dikembangkan dengan komprehensif dan bersinergi dengan destinasi lainnya yang ada di Bali agar bisa saling dukung melalui “One Island One Management and One Commando“ di bawah visi Nangun Sat Kertih Loka Bali.

Bagi Ramia Adnyana pariwisata Karangasem merupakan “The Jewel of The East” atau “Permata di Timur Bali” yang menyimpan berbagai potensi daya tarik pariwisata.

“Potensi pariwisata Karangasem akan lebih berkembang jika digarap serius. Kami yakin pariwisata Karangasem maju jadi permadani pariwisata Bali di bawah kepemimpinan Dana Dipa menuju Karangasem Era Baru,” kata Ramia yang juga praktisi pariwisata dan General Manager (GM) Hotel Sovereign Kuta.

Ini Potensi Pariwisata Karangasem

Lebih jauh Ramia menjabarkan banyak potensi pariwisata Karangasem yang bisa digali untuk mewujudkan daerah ini sebagai “The Jewel of The  East” pariwisata Bali dan menjadi primadona baru di Pulau Dewata.

“Setidaknya ada empat potensi pariwisata Karangasem yang bisa dikemas lebih menarik yakni spiritual tourism,  heritage tourism, agro tourism dan marine tourism. Kombinasi ini bisa menjadikan Karangasem sebagai ‘The Jewel of The  East’ pariwisata Bali,” kata Ramia Adnyana yang juga Wakil Ketua Umum IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association).

Sejumlah destinasi yang menjadi ikon wisata spiritual Karangasem diantaranya Pura Lempuyang  Luhur yang berlokasi di Desa Purahayu, Kecamatan Abang. Lalu ada juga Pura Besakih yang dikenal sebagai “The Mother Temple of Bali,” kawasan pura terbesar di Pulau Dewata. Baik Pura Lempuyang dan Pura Besakih juga merupakan Pura Sad Khayangan.

Berikutnya ada Pura Silayukti yang menjadi salah satu bagian penting dari Pura Dang Kahyangan di Bali. Terletak  di sisi bagian timur Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, pura ini punya daya tarik dan menawarkan pengalaman spiritual yang berbeda serta  berbatasan langsung dengan wilayah pesisir seperti pantai Blue Lagoon dan juga Padang Bai.

Potensi, pesona dan daya tarik heritage tourism di Karangasem juga menjadi keunggulan tersendiri. Sejumlah destinasi puri yang bisa dioptimalkan seperti Puri Agung Karangasem, Puri Kanginan, Puri Kawanan.

Yang tidak kalah nilai pusaka dan historisnya yakni Taman Sekuta yang terletak di dusun Tampuagan, Desa Sekuta, Karangasem. Taman ini merupakan taman air peninggalan masa pemerintahan Raja Karangasem  yang berfungsi sebagai tempat rekreasi raja dan keluarga kerajaan.

Peninggalan sejarah dan kekayaan budaya lainya yakni taman air Tirta Gangga yang terletak Desa Ababi, Kecamatan Abang  yang dibangun pada 1948 oleh Raja Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem. Belum lagi ditambah pesona Taman Soekasada Ujung yang kerap disebut sebagai “Water Palace” serta sangat “instragramable”.

Tidak ketinggalan ada Desa Tenganan, salah satu desa tua dengan penduduk Bali Aga. Tenganan merupakan sebuah desa di mana penduduknya masih memegang teguh adat leluhur mereka pada zaman Kerajaan Majapahit.

Di sisi lain, Karangasem juga menyimpan potensi agro tourism yang mampu menjadi daya tarik tersendiri atau wisata minat khusus. Diantaranya daerah Sibetan, Selat, dan Bebandem sudah lama dikenal sebagai sentra penghasil salak Bali.

Ada pula daerah Kubu sebagai penghasil jambu mente dan ental. “Potensi agro tourism ini harus dikemas dengan konsep dan pendekatan yang mampu memberi nilai tambah secara ekonomi dan pariwisata serta pemberdayan masyarakat lokal termasuk untuk mendukung aspek lingkungannya,” kata Ramia Adnyana.

Potensi lainnya di Karangasem yang bisa menjadi surga baru bagi wisatawan adalah wisata bahari atau marine tourism. Karangasem mempunyai banyak pesisir pantai dengan keindahan alamnya. Sebut saja Virgin Beach, Pantai Amed, Pantai Padang Bai, Pantai Candidasa maupun Pantai Jasri.

Lalu pula wisata bawah laut yang menjadi titik untuk diving maupun snorkelling dengan keindahan biota lautnya seperti terumbu karang dapat ditemui di Pantai Amed, Pantai Tulamben, Blue Lagon Beach dan lainnya.

“Pembangunan dermaga cruise Tanah Ampo juga harus diselesaikan sehingga bisa dikunjungi banyak wisatawan kapal pesiar,” tambah Ramia Adnyana yang juga pernah menjabat GM Furama Villas and Spa Ubud & FuramaXclusive Villas and Spa itu.

Namun Ramia Adnyana mengingatkan pengembangan pariwisata Karangasem harus terus berlandaskan spirit pariwisata berkelanjutan dengan penekanan aspek triple bottom line yakni ekonomi, lingkungan dan sosial budaya.

Pariwisata berkelanjutan dapat meminimalkan biaya dan memaksimalkan keuntungan pariwisata bagi lingkungan alam dan masyarakat lokal, dan dapat dilakukan dalam jangka waktu yang panjang dengan tidak menimbulkan kerusakan bagi sumber daya yang menjadi tumpuan pariwisata ini.

Melalui konsep pengelolaan berkelanjutan, maka diharapkan keberadaan sebuah destinasi wisata akan memberikan dampak ekonomis masyarakat, akan meminimalkan dampak ekologis bagi lingkungan sumber daya alam dilokasi wisata dan sekitarnya serta menjaga kelestarian kultur masyarakat lokal yang secara social menjadi identitas dan pola hidup masyarakat tersebut serta telah dilaksanakan secara turun temurun. Dengan pengelolaan berkelanjutan juga diharapkan objek wisata tersebut akan eksis dalam jangka waktu yang sangat panjang. (wid)