Keterangan foto: Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menjadi salah satu nara sumber yang diselenggarakan oleh Badan Litbang Kabupaten Badung, pada Rabu (27/5)/MB

Denpasar, (Metrobali.com) –

Wagub Tjok Ace mengungkapkan, dari data yang ada bahwa perkembangan kasus Covid-19 di Bali sesungguhnya sudah masuk pada kurva flat atau datar, namun terdapat hal yang harus diwaspadai yaitu transmisi lokal. Untuk itu, Pemprov Bali melalui Gugus Tugas Penanganan Covid-19 selalu menghimbau masyarakat agar selalu menerapkan PHBS dan beberapa protokol kesehatan dalam pencegahan penularan virus covid-19.

Hal tersebut dikatakan Wagub Tjok Ace pada acara Webminar dengan tema Menyongsong Normalitas Kehidupan yang baru Pasca Covid-19, Rabu (27/5).

Untuk itu, Cok Ace mohon kerjasama masyarakat agar mematuhi semua peraturan yang ada sehingga penularan virus ini dapat ditekan terus sampai akhirnya pada angka 0 persen atau zero case.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menjadi salah satu nara sumber yang diselenggarakan oleh Badan Litbang Kabupaten Badung, pada Rabu (27/5).

Selain Wagub Tjok Ace terdapat beberapa narasumber lain yaitu: Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan RI Dr. Achmad Yurianto dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho.

Dalam kesempatan tersebut Wagub Tjok Ace menyampaikan saat ini pemprov Bali juga telah memikirkan dan mengasi masukan bagaimana langkah menghidupkan kembali pariwisata Bali pasca covid ini, khususnya dalam promosi utama Dari Bali, apakah itu Budaya, Alam atau yang lainnya.

Dikatakan, jika pariwisata Bali akan dibuka maka pemerintah harus siap dengan protokol kesehatan yang ketat. Untuk itu, saat ini pemprov Bali telah merancang SOP detail dari protokol kesehatan dalam masing-masing sektor.

Wagub Tjok Ace juga mengatakan, jika nantinya Pemerintah pusat mengijinkan Bali kembali dibuka sebagai destinasi pariwisata, maka Pemprov Bali tidak akan membuka semua tempat-tempat wisata yang ada di Bali, melainkan secara bertahap terlebih dahulu, dengan selalu mengevaluasi effektifitas protokol kesehatan yang diterapkan.

Hal ini dilakukan agar wisatawan yang datang ke Bali merasa aman dan nyaman dan kembali lagi ke negaranya dengan aman dan nyaman. Hal ini juga dilakukan untuk menjaga citra Bali sebagai tujuan favorite pariwisata dunia.

“Untuk itu SOP protokol kesehatan yang berfokus pada kesehatan, kebersihan dan keamanan tersebut masih disusun secara terperinci dipersiapkan oleh tim”, ujar Cok Ace.

Selain itu Wagub Cok Ace mengatakan bahwa jika dilihat dari Daya Tarik Wisata Bali selama ini maka terhadap Budaya daya tarik wisman sebesar 65%, alam 30% dan wisata buatan 5%. Namun dengan adanya pandemi ini, maka tidak mungkin untuk menampilkan budaya seperti tari-tarian dan beberapa pertunjukan lainnya. Untuk itu, Pemprov Bali akan mengacu pada option kedua yaitu mengedepankan daya tarik alam, dimana didalam alam juga terdapat nilai sasanah budaya yang dapat menarik hati para wisatawan.

Untuk itu, diharapkan promosi Bali kedepannya dapat berjalan dengan lancar. “Nilai budaya Bali yang menjiwai daya tarik lain masih relevan untuk  dikembangkan. Untuk itu mari kita jadikan alam bali sebagai daya tarik pariwisata bali. Mari kita Back to nature : memadukan nilai kearifan lokal dengan protokol kesehatan”, pungkas Wagub Cok Ace.

Selanjutnya, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan RI Dr. Achmad Yurianto mengatakan bahwa semakin hari kasus covid-19 ini semakin melebar di Tanah Air. Hal ini berarti proses penularan masih berjalan. Selain itu kasus di Indonesia juga masih fluktuatif dan belum dapat ditarik kesimpulan kurva kasus sudah melandi jadi harus ditinjau beberapa hari kedepan.

Puncak pandemi diperkirakan akan terjadi pada bulan Juni dan akan mulai berakhir pada bulan Agustus. Jika nanti sudah melandai maka pelan-pelan akan dilakukan pelonggaran.

Untuk itu jika terdapat wacana berapa daerah akan dilakukan pembukaan pariwisata maka harus dilakukan penyusunan SOP atau protokol kesehatan yang sangat tepat dan terperinci, protokol ditempat satu dengan lainnya tidak bisa disamakan, sebagai contoh protokol kesehatan detail di pasar tidak bisa disamakan dengan protokol di sekolah.

Untuk itu daerah diminta untuk fokus dan serius dalam penyusunan ini serta melakukan sosialisasi masif kepada masyarakat dan para wisatawan sehingga pembukaan pariwisata dapat berjalan dengan aman dan sehat.

Dalam webinar tersebut juga dilakukan tanya jawab antar para peserta yang diikuti kurang lebih 500 peserta via zoom.

Editor : Whraspati Radha