PERKEMBANGAN teknologi informasi yang bekembang dengan pesat selalu menuntut ide baru yang cemerlang.  Penelitian ilmiah merupakan langkah cepat untuk mengimbangi pesatnya perkembangan  teknologi informasi. Melalui penelitian semua ilmu pengetahuan bisa diimplementasikan dengan konkret. Setiap orang khususnya siswa harus memiliki rasa ingin tahu. Hal itu penting dalam usaha mengimbangi arus deras globalisasi.  Oleh karena itu, SMA Negeri Bali Mandara (Sampoerna Academy) sebagai sekolah bertaraf internasional membentuk Club Peneliti Belia untuk mengembangkan bakat siswa dalam bidang penelitian. Club Peneliti Belia terbentuk melihat anak-anak muda mempunyai potensi dengan pemikiran-pemikiran baru yang kreatif dan inovatif.

Meskipun baru berjalan beberapa bulan club ini telah memberikan kontribusi terbaiknya. Pada bulan Januari yang lalu, SMAN Bali Mandara (Sapoerna Academy) mengirim tiga kontingennya untuk mengikuti Lomba Peneliti Belia yang diselenggarakan oleh Surya Institute. Pada babak final di Denpasar, dua kontingen dari sekolah hasil kerja sama Pemerintah Provinsi Bali dan Putra Sampoerna Foundation ini berhasil meraih juara I dan juara harapan II.  “Metode Koreksi Suku atau Rediscovering Euler’s Theorem “ itulah judul penelitian yang dibuat I Made Gita Narendra Kumara dan Putu Handre Kertha Utama yang berhasil meraih juara I. Karya tulis ini membahas tentang penyederhanaan dari Therorema Euler sehingga theorema ini dapat dimengerti oleh anak sekolah dasar sekalipun. Menurut ketua tim ini, Gita Narendra,  ide ini muncul pertama kali saat ia melaksanaan program community service di SD Kubutambahan. Ia merasa prihatin terhadap siswa-siswa di SD tersebut karena mereka belum bisa menguasai pelajaran yang seharusnya sudah mereka kuasai, khusunya pelajaran matematika.

Selanjutnya adalah kelompok Eta Supriyanti, Nadia Ingrida dan Eris Wahyudi yang berhasil menyabet juara harapan II dengan judul karyanya yaitu “Manfaat Si Mungil Myercodia Tuberrosa sebagai Obat Anyang-Anyangan”.  Sebagai tidak lanjut, hasil penelitian ini sering diterapkan di sekolah ketika siswa mengalami penyakit anyang-anyangan.

Meskipun belum berhasil memeroleh juara,  kontingen ketiga yang diwakili oleh Micho Wedayana, Nova Wiratama, dan Agung Peranian juga tak kalah hebat dengan penelitian uniknya yaitu “Amazing Trigonotools”. Amazing Trigonotools merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk menemukan panjang dan sudut dari segitiga tanpa menggunakan rumus trigonometri. Ini merupakan ide yang cemerlang untuk membantu siswa lain yang kesulitan dalam bergagai permasalahan trigonometri.

Jumat, 13 april 2012 lalu, Gita Nerendra Kumara, ketua dari kelompok dengan judul penelitian Metode Koreksi Suku berangkat ke Nijmegen, Belanda sebagai anggota tim perwakilan dari Indonesia yang turut berpastisipasi dalam lomba presentasi karya ilmiah bergengsi tingkat Internasional yaitu ICYS (International Conference of Young Scientist). Sejak awal mengikuti lomba ini, tim ICYS Indonesia belum pernah kembali ke tanah air dengan tangan kosong. Tim selalu berhasil membawa nama harum bangsa dan secara konsisten kembali dengan membawa medali. Tak terkecuali pada lomba tahun ini, Gita Narendra Kumara meraih Special Prize dengan predikat presentasi terbaik.

Narendra yang kami temui setelah kepulanganya dari Belanda menyambut positif ajang ICYS ini.  Ia mengaku senang ketika bertemu anak-anak muda dari negara lain yang cukup bersahabat dengan ide-ide cemerlangnya. “Penelitian ini diharapkan bukan semata untuk mencari juara tapi untuk diterapkan dan dikembangkan dalam kehidupan sehari hari,” tutur Narendra. “Saya senang bisa melihat karya-karya menakjubkan dari teman-teman Indonesia maupun negara lain”, tambahnya.

Ketika ditanya pendapatnya tentang manfaat adanya club peneliti belia, ia memberikan komentar bahwa club maupun organisasi peneliti belia semacam ini cukup mampu merangsang anak muda melakukan penelitian dan  peduli terhadap lingkungan sekitarnya. “Club peneliti belia memang perlu dikembangkan dan dijaga kesinambungannya”, jawabnya singkat. Senada dengan Narendra,  siswa lain yang ikut member Club Peneliti Belia mengaku merasa tertantang untuk melakukan penelitian dan lebih peduli terhadap perubahan lingkungan sekitarnya. [Handre & Surminiari, Siswa Jurnalistik SMAN Bali Mandara (Sampoerna Academy/MB)