Foto: Prototype Primakara Automatic Inspection Gate dipasang di Kantor LLDikti Wilayah VIII.

Denpasar (Metrobali.com)-

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VIII  Wilayah VIII, Prof. I Nengah Dasi Astawa mengapresiasi berbagai inovasi yang dilahirkan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara di tengah pandemi Covid-19.

Alat inovasi teranyar yang mampu dihasilkan kampus IT yang beralamat di Jalan Tukad Badung Nomor 135 Denpasar ini adalah prototype Primakara Automatic Inspection Gate.

Inovasi yang dikembangkan technopreneurship campus ini memiliki empat fungsi sekaligus sebagai pengecekan suhu tubuh, deteksi penggunaan masker, hand sanitizer otomatis dan check-in/check-out untuk mendapatkan data orang yang memasuki gedung.

Khusus untuk STMIK Primakara, Prof. Dasi Astawa memberikan pujian khusus karena sudah mampu menjadi trend setter (pencetus tren) di bidang teknologi.

“Ini luar biasa. STMIK Primakara mampu menjadi trend setter di bidang teknologi,” kata kata Prof Dasi Astawa, Senin (31/8/2020).

Maka dari itu, Prof Dasi Astawa menilai STMIK Primakara harus menjadi contoh bagi perguruan tinggi yang lain.

“Karena beliau (STMIK Primakara) umurnya masih muda sudah mendapatkan bantuan banyak dari pemerintah pusat untuk mengembangkan inkubator bisnis,” kata pria yang pernah meraih penghargaan sebagai figur pendidikan dalam Sukma Bali Award 2019 itu.

“Jadi wajib dan wajarlah bagi Primakra untuk menjadi salah satu perguruan tinggi di bidang teknologi kebanggaan saya karena inovasi dan inkubator yang luar biasa. Sudah banyak tenant-tenantnya sehingga itu menjadi kebanggan kitalah intinya,” kata dia.

Perguruan Tinggi Sumber Inovasi dan Solusi

Kini satu unit prototype Primakara Automatic Inspection Gate sudah dipasang di Kantor Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VIII untuk showcase. Prof Dasi Astawa pun mengatakan, terciptanya alat tersebut sebagai sebuah inovasi yang luar biasa.

“Itu inovasi yang luar biasa, tentu kita apresiasi. Sedang dalam percobaan. Kalau nanti bagus dan sudah clear, maka kita akan dorong bagi siapapun masyarakat, organisasi, siapapun yang menggunakan itu agar langsung berkontak dengan Primakara,” kata Prof Dasi Astawa.

Prof Dasi Astawa mengatakan, masa percobaan dari Primakara Automatic Inspection Gate paling tidak, akan dilakukan selama seminggu dari waktu pemasangan. Pihaknya mengaku masih ada beberapa bagian yang perlu dikomunikasikan dengan pihak STMIK Primakara.

Dirinya menegaskan bahwa berbagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Bali telah banyak melahirkan inovasi di tengah pandemi Covid-19, meskipun tidak terlalu besar.

Baginya, yang terpenting inovasi yang lahir tersebut dapat membantu mengatasi masalah di masyarakat. Berbagai inovasi itu di antaranya membuat disinfektan, pembuatan masker, membuat inovasi dalam pembelajaran dalam jaringan (daring) atau online dan sebagainya.

Di tengah pandemi Covid-19, pihaknya berharap kampus selalu berkreativitas dan berinovasi dalam bidang teknologi. Menurutnya, pandemi ini telah menuntut penggunaan alat tersebut sehingga diharapkan tidak ada lagi perguruan tinggi yang gagap teknologi.

Ini Fungsi dan Cara Kerjanya

Primakara Automatic Inspection Gate diciptakan oleh dua orang dosen STMIK Primakara, yakni Made Adi Paramartha Putra, I Putu Satwika dan mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, I Ketut Agus Juliana melalui Pusat Inovasi Primakara.

Adi Paramartha lebih jauh menjelaskan empat fungsi yang dimiliki alat yakni sebagai pengecekan suhu tubuh, deteksi penggunaan masker, hand sanitizer otomatis dan check-in/check-out untuk mendapatkan data orang yang memasuki gedung.

Dengan adanya pendataan orang yang memasuki suatu gedung maka kapasitasnya dapat dikontrol sehingga tidak melebihi ketentuan.

“Empat fungsi tersebut yang biasa diberlakukan di banyak fasilitas umum, namun dilakukan secara manual dengan bantuan seorang petugas,” tuturnya Senin (31/8/2020).

Dirinya menuturkan, Primakara Automatic Inspection Gate ini memadukan teknologi Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Alat ini juga memanfaatkan sensor sebagai pengukur suhu serta kamera sebagai pendeteksi masker yang dikontrol penuh dengan menggunakan microcontroller.

Setiap pengunjung yang akan masuk ke gedung harus dipindai (di-scan) menggunakan Primakara Automatic Inspection Gate ini.

Jika suhu tubuh seseorang berada dibawah 37,3 serta menggunakan masker, pengunjung akan diarahkan mengisi data diri untuk mengetahui waktu kunjungan dan nomor telepon.

Dengan adanya alat ini, maka dapat mengurangi kontak antara security dengan pengunjung.Security tidak perlu lagi melakukan pengecekan masker dan temperature kepada pengunjung karena telah  dilakukan oleh Automatic Inspection Gate.

“Di restaurant dan cafe, petugasnya yang merangkap waiter/waitress harus bolak-balik melayani tamu yang check in dan tamu yang sudah harus diberi hidangan. Akhirnya kami buatlah alat ini,” tutur Adi Paramartha.

Siap Kolaborasi untuk Pabrikasi

Terkait dilakukannya uji coba alat tersebut di Kantor LLDikti Wilayah VIII, Ketua STMIK Primakara, I Made Artana mengatakan upaya itu dilakukan guna memancing perguruan tinggi lain untuk berkolaborasi atau melanjutkan prototype tersebut.

Dengan kata lain, pihaknya mendorong adanya kolaborasi, bukan hanya dengan perguruan tinggi, tetapi juga dengan para pengusaha di Bali. Artana menyebut, kerja sama antar-perguruan tinggi mungkin bisa dilakukan dari segi riset, namun untuk pengusaha atau dunia industri bisa kerja sama dalam hal pabrikasi.

Jika pabrikasi dilakukan oleh STMIK Primakara sendiri dapat dipastikan akan memakan waktu yang cukup lama, padahal market-nya cukup besar.

“Jika ada teman-teman pengusaha di Bali yang mau menseriusi itu ya boleh. Makanya kita taruh di tempat publik. Kalau kita ngerasa ya di LLDikti sajalah. Itu induk kita yang membina perguruan tinggi,” jelasnya.

Sejauh ini, Artana mengaku sudah banyak pihak yang menanyakan alat tersebut, termasuk Wali Kota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya dan beberapa kampus lain.

Jika memang ada banyak permintaan mengenai alat ini, Artana menilai seharusnya memang dibuat oleh para pengusaha yang konsen dalam bidang pabrikasi karena bisa langsung diproduksi dalam jumlah yang banyak.

Dalam menciptakan inovasi Primakara Automatic Inspection Gate ini, Artana mengaku banyak belajar dari gate penyemprotan desinfektan secara otomatis yang pihaknya ciptakan dahulu. Saat penyemprotan antiseptik secara otomatis itu diciptakan, STMIK Primakara sangat gelagapan untuk memenuhi permintaan sekitar 160 buah dari berbagai pihak.

Apalagi ketika itu pihaknya sendiri hanya mampu memenuhi sekitar 30-an buah. Maka dari itu dalam inovasi Primakara Automatic Inspection Gate ini, dirinya mempersilakan jika ada perusahaan yang ingin mengembangkannya dalam jumlah yang banyak.

“Pengalaman dari ini kita tidak akan fokusnya dengan berdagang, jadi hanya kita ingin menunjukkan bahwa perguruan tinggi itu bisa dan memang harus menjadi sumber solusi,” tuturnya.

Oleh karena itu, dengan adanya pandemi ini pihaknya berharap adanya pemanfaatan produk lokal. Alih-alih membeli produk yang mahal, kenapa tidak dicoba dengan memanfaat produk lokal yang harganya lebih bersahabat. (wid)