Foto :  Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali nomor urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra dan I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) dalam Debat Terbuka Pemilihan Gubernur (Pigub) Bali sesi ketiga di Trans Resort Bali, Kerobokan, Badung, Jumat (22/6/2018)/MB

Kuta, (Metrobali.com) –

Permasalahan konflik sosial salah satunya konflik adat di Bali menjadi salah satu permasalahan krusial yang dapat merongrong persatuan masyarakat Bali. Tidak jarang pula konflik adat di Bali berlarut-larut ibarat benang kusut.

Untuk mengatasi dan menekan konflik sosial seperti konflik adat tersebut Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra dan I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) mempunyai langka jitu yang sudah terbukti ampuh. Menurut Rai Mantra pihaknya akan mendorong keberadaan Sabha Upadesa hingga ke seluruh Bali untuk menjembatani permasalahan dan menekan konflik sosial atau konflik adat. Sabha Upadesa ini telah dibentuk Rai Mantra sejak 2014 di Denpasar selaku Walikota Denpasar.

“Untuk harmonisasi kehidupan sosial dan  menekan konflik sosial, Mantra-Kerta menawarkan bentuk Sabha Upadesa sebagai salah satu bentuk community based development yang telah kami lakukan di Denpasar ,” kata Rai Mantra dalam sesi Debat Terbuka Pemilihan Gubernur (Pigub) Bali di Trans Resort Bali, Kerobokan, Badung, Jumat (22/6/2018).

Secara garis besar, Sabha Upadesa berperan sebagai lembaga yang bertujuan menyinergikan dan melestarikan lembaga desa adat, desa dinas, dan organisasi pengairan tradisional atau subak. Shaba Upadesa yang telah terbentuk di Kota Denpasar dan merupakan satu-satunya lembaga yang ada di Bali, diharapkan mampu menjembatani dan memberikan solusi terkait permasalahan yang muncul di desa pakraman.  Dalam organisasi ini terdiri dari berbagai forum seperti, Forum Bendesa se-Kota Denpasar, forum Kepala Desa/Lurah,  forum Bendega dan forum Bekaseh.

Dalam berbagai kesempatan, Rai Mantra menekankan keberadaan Sabha Upadesa ini untuk menjaga keharmonisan dan percepatan pembangunan dengan tetap berpegangan pada konsep pembangunan berwawasan budaya. Sebab budaya telah diakui World Culture Forum mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu budaya harus menjadi pedoman dalam setiap langkah pembangunan.

Pewarta : Widana Daud
Editor: Hana Sutiawati