Foto: Peluncuran Buku “Millenial Wajib Kaya, Omset Ratusan Juta Saat Krisis” Aula Lantai 4 Gedung Kampus STMIK Primakara, Denpasar, Jum’at (24/7/2020).

Denpasar (Metrobali.com)-

Dosen STMIK Primakara Sephy Lavianto menerbitkan buku berjudul ‘Millenial Wajib Kaya, Omset Ratusan Juta Saat Krisis’.

Buku ini berisikan kisah mahasiswa STMIK Primakara yang berhasil meraih omset ratusan juta di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang sebenarnya berasal dari tugas kuliah.

Buku ini pun memberikan inspirasi cara kreatif Sephy Lavianto mengajarkan Technopreneurship kepada mahasiswa dengan mengajak mereka terjun langsung di bisnis nyata sehingga punya pengalaman langsung mengelola bisnis secara online.

“Apa yang dilakukan mahasiswa STMIK Primakara adalah bisnis riil, mereka langsung berhadapan dengan pasar,” kata Sephy Lavianto di sela-sela peluncuran dan bedah buku ini di Aula Lantai 4 Gedung Kampus STMIK Primakara, Denpasar, Jum’at (24/7/2020) pagi. Hadir pula Ketua STMIK Primakara Made Artana.

Sinopsis

Dalam sinopsis buku ini disebutkan bahwa buku “Millenial Wajib Kaya (Omset Ratusan Juta Saat Krisis)” ini merupakan sebuah buku yang bertemakan motivasi dan inspirasi yang layak dimiliki oleh anak muda jaman sekarang di Indonesia yang ingin meraih kesuksesannya di usia muda dengan menjalankan sebuah bisnis setelah melihat peluang – peluang yang ada di sekitar mereka.

Buku ini juga memberikan Tips dan Trik bagaimana cara merintis sebuah usaha. Dimulai dari menanamkan mindset atau pola pikir agar tumbuh suatu kepercayaan di diri kita bahwa kita bisa menjadi kaya dengan menjalankan suatu usaha.

Kita juga bisa melihat peluang apa saja yang cocok atau diperlukan masyarakat pada saat ini, selain itu kita juga bisa memulai dari yang paling mudah untuk segala sesuatu dan yang sedang ngetrend saat ini di tengah era internet peluang sangat terbuka. Kita juga harus mempersiapkan secepat dan sedini mungkin. ”

Apa saja sih yang harus kita persiapkan?”

Kita harus mempersiapkan perangkat keras atau Hardware, perangkat ini wajib digunakan untuk menjadi sarana dasar menjalankan suatu usaha. Selain mempersiapkan perangkat keras atau hardware kita juga harus mempersiapkan perangkat lunak atau software atau aplikasi.

“Aplikasi apa saja yang bisa kita gunakan?”

Kita bisa menggunakan Media Sosial seperti Facebook dan Instagram. Selain itu, kita juga bisa menggunakan Whatsapp, Facebook Messenger, dan Direct Message sebagai media messenger atau untuk berkomunikasi bersama customer – customer kita.

Untuk mempercantik atau memperindah foto atau video yang akan kita unggah ke Media Sosial kita bisa menggunakan aplikasi edit foto maupun video seperti Canva dan Snapseed. Setelah kita mempersiapkan semua aplikasi tersebut, selanjutnya kita membuat akun – akun untuk usaha kita di berbagai sosial media.

Nah disini penulis melakukan studi kasus pada 4 (empat) usaha rintisan atau STARTUP yang dimiliki oleh mahasiswa yang berada di jurusan Sistem Informasi Akuntansi di kampus STMIK Primakara yang merintis usaha mereka sejak awal memasuki perguruan tinggi.

Mereka memulai usahanya diawali dengan diberikannya suatu tugas di salah satu mata kuliah yang mengharuskan mereka membuat suatu usaha.

Mereka melihat peluang bisnis yang ada di masyarakat untuk menjual kebutuhan – kebutuhan masyarakat seperti baju, alat kecantikan, makanan, dan masih banyak lagi.

Apalagi, melihat situasi saat ini dimana tengah terjadinya sebuah pandemi yang membuat dimana semua usaha langsung terjatuh dalam krisis mulai dari gelombang PHK, beberapa sektor usaha gulung tikar, tetapi jika UMKM tersebut sebelumnya sudah mengandalkan internet maka mereka bisa melakukan perubahan untuk berusaha bertahan dan bahan bisa meraup keuntungan yang besar di masa pandemi ini.

Keadaan seperti ini tidak membuat mereka putus asa, sebaliknya mereka semakin hari semakin giat menjalankan bisnis yang dimiliki ditengah pandemi ini dengan menjual kebutuhan yang masyarakat diperlukan hingga meraup keuntungan yang besar di masa pandemi ini.

Setelah membaca buku ini penulis berharap para pembaca bisa segera untuk memulai usaha yang ingin dijalankan.

Dari Tugas Kuliah, Mahasiswa Raih Omzet Ratusan Juta

Sebelum pandemi Covid-19, Sephy mengampu mata kuliah e-commerce untuk mahasiswa Jurusan Sistem Informasi Akuntansi STMIK Primakara. Saat mengampu mata kuliah tersebut, Sephy menantang mahasiswanya untuk membuat kelompok semacam perusahaan yang bisa menghasilkan omset yang besar.

Di dalam kelompok tersebut, setiap mahasiswa memiliki jabatan layaknya di perusahaan, mulai dari Direktur Utama, Direktur Pemasaran dan sebagainya. Di kelas mata kuliah e-commerce tersebut akhirnya terbentuk sebanyak empat tim, terdiri dari Elites Bali, Segara Brand, Madeera dan The Ace.

Tak disangka, para mahasiswa tersebut ternyata bisa menghasilkan omset penjualan yang tinggi. Apalagi hal itu diraih di tengah pandemi Covid-19 yang sebagian besar masyarakat dan perusahaan lain justru mengalami krisis.

Segara Brand misalnya yang berhasil meraih omset sebanyak Rp 91.525.000 terhitung dari Februari hingga Mei 2020. Kemudian Elites Store berhasil meraih omset sebesar Rp 27.251.000, Madeera Store Rp 50.169.600 dan The Ace Rp 28.943.000 dalam kurun waktu yang sama.

Sephy menuturkan, para mahasiswa tersebut sebenarnya mengawali usaha dari fashion seperti baju dan kebaya. Lalu ada satu tim yang sudah membuat akun di marketplace seperti di Lazada. Mereka lalu melakukan optimasi di berbagai media sosial supaya lebih serius untuk menunjang penjualan.

“Mereka mencapai booming-nya itu pada saat panic pandemic. Panic pandemic itu barang-barang (yang dibutuhkan) kayak hand sanitizer (dan) masker. Pokoknya saat itu sedang jarang di pasaran,” tutur Sephy.

“Jadi akhirnya ini multiproduk, awalnya mereka fokus di fashion, terus tiba-tiba pada saat terjadi momentum produk-produk yang dibutuhkan untuk korona ini, mereka mengambil kesempatan di situ,” ujar Sephy.

“Kenapa saya bilang in market-nya tepat sekali, karena mereka memang menjual barang-barang yang yang dibutuhkan masyarakat saat itu di Bali. Pada saat itu kan langka barang-barang itu, ya mereka ambil kesempatan seperti itu,” imbuh Sephy.

Seiring berjalannya waktu, permintaan barang-barang akibat panic pandemic mulai menurun. Namun ada salah satu tim mulai melirik menjadi distributor produk lain untuk ditawarkan ke pasaran, yakni berupa skin care.

“Saya berani mengatakan mereka melakukan bisnis yang real, karena mereka langsung berhadapan dengan market. Butuhnya ini mereka sediakan, butuhnya itu mereka sediakan,” ujarnya.

Sephy mengatakan, guna memulai usahanya itu para mahasiswa memiliki modal yang cukup kecil, yakni rata-rata mulai di angka Rp 1 juta. Modal tersebut dikumpulkan secara patungan dari masing-masing orang di setiap kelompok yang dipakai untuk stok barang awal. Dari hasil kerja kerasnya, para mahasiswa langsung bisa balik modal pada bulan pertama.

Ketua STMIK Primakara, I Made Artana menilai, buku ‘Millenial Wajib Kaya’ sebenarnya mempunyai bahasan yang ringan, namun sangat berguna dalam situasi pandemi Covid-19. Baginya, kisah mahasiswa yang berhasil meraih omset yang awalnya dari sebuah tugas mata kuliah di kampus ini sangat menarik untuk diceritakan.

“Karena tugas mereka ini sebenarnya mereka lakukan secara daring, jadi mereka satu sama lain menimbulkan kesulitan tersendiri ketika diberikan tugas kelompok untuk jualan,” tuturnya.

Selain itu kisah mahasiswa ini menarik diceritakan dikarenakan saat pandemi Covid-19 sebenarnya masyarakat mengalami tantangan besar dalam bidang ekonomi. “Ketika anak-anak yang tugas kuliahnya mendapatkan omset sebesar itu, nah itu menjadi sesuatu yang menarik untuk diceritakan,” kata dia.

Menurut Artana, hal ini di menjadi inspirasi bagi masyarakat di tengah pandemi Covid-19 untuk terus bisa memutar roda perekonomian secara bersama-sama. Oleh karena itu, pihaknya mengaku sangat mendukung ketika dosen pengampu mahasiswa tersebut bakal menuliskan kisah mahasiswa dalam sebuah buku. (dan)