Denpasar (Metrobali.com)-
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla berkesempatan menjadi keynote speaker pada acara World LP Gas FOrum ke-25 di Nusa Dua, Bali. Dalam kesempatan itu, JK — sapaan akrabnya — didapuk untuk menceritakan kesuksesan Pemerintah Indonesia melakukan konversi minyak tanah (mitan) ke gas (LPG).

Menurut JK, ada beberapa hal yang ia lakukan. Pertama, katanya, melakukan studi terhadap keuntungan. “Penggunaan mitan ada beberapa masalah seperti lingkungan hidup. Pada saat yang sama, kesulitan yang kita dapat adalah mitan biasanya berkaitan dengan rumah tangga miskin,” kata JK, Rabu 13 September 2012.

Hal berikut yang dilakukannya, imbuh JK, adalah melakukan penelitian terhadap masalah sosial akibat dampak konversi tersebut. Sebabnya, pada tahun 2005, di mana awal rencana konversi itu dilakukan, ada sekitar 50 juta rumah tangga yang menggunakan mitan.

Selanjutnya, kata JK, hal berikut yang dilakukannya adalah teknikalitas. “Saya melakukan studi di rumah saya. Saya meminta pembantu rumah saya untuk membandingkan pengunaan mitan dan LGP. Baru kami lakukan penelitian di laboratorium. Hasilnya antara mitan dan elpiji menghasilkan 0,4 kilo kalori yang sama untuk satu liter. Itu tergantung cara memasaknya saja,” terang JK.

Saat masa sulit di awal konversi, JK mengatakan mitan disubsidi pemerintah sehingga harganya begitu murah. “Mereka yang menggunakan LPG kelas atas. Komposisinya 10 persen pengguna LPG, 90 persen mitan,” jelas JK. Koversi menemukan momentum ketika harga minyak dunia melonjak tajam. “Semua berubah ketika harga minyak meningkat. Dalam pemikiran pemerintah kala itu, kita tak akan menaikkan harga dan menyubsidi mereka,” terangnya.

Solusi yang diambil pemerintah kala itu adalah memperbaiki harga energi dan menaikkan (mencabut subsidi) harga mitan. “Awal tahun 2006 kami berpikir, ini subsidi sangat tinggi. Hal apa yang memberatkan yaitu mitan. 60 persen subsidi kita adalah untuk mitan dan kita tak bisa meningkatkan lebih tingi lagi. Kita akan mengubah mitan. Yang kami maksud adalah cara memasak 50 juta orang,” tutur mantan Ketua Umum Partai Golkar itu.

Pertanyaan berikut, kata JK, adalah bagaimana cara mengkonversinya. “Akhirnya kami membuat keputusan sebaiknya kita tidak mengubah secara total penggunaan uang oleh masyarakat. Kita pelajari bagaimana cara masyarakat menghabiskan uangnya. Rata-rata mereka membeli 5 sampai 7 kali minyak tanah dalam satu minggu,” terang dia.

Hal lain yang dipikirkan adalah berapa lama konversi itu bisa dilakukan. “Kami melakukan sudi dan memutuskan, membuat tabungnya sesuai dengan untuk 7 liter mitan. Itu sama dengan 3 kilo LPG. Ini sama dengan pembelian mitan selama satu minggu. Ini sama dengan penggunaan satu mingu tapi harganya lebih murah dan sama dengan satu kompor. Dan kemudian kami mengalkulasi 55 juta orang. Kita harus membuat seratus juta tabung dan kompor. Dan ini harus dibuat. Kita katakan kepada sekor swasta kita akan beli semuanya,” imbuh JK.

Setelah semua tahapan itu dilalui, JK memikirkan bagaimana cara mengubah cara pandang masyarakat. “Saya katakan kepada masyarakat bahwa ini gratis. Saya ditanya oleh DPR kenapa harus gratis. Saya katakan kepada mereka kenapa harus membayar. Harga pasar adalah 80 sen. Artinya kami menyubsidi 80 sen untuk setiap liter mitan. kalau 30 liter perbulan, artinya 60×40 = 2 Dolar AS sebulan yang kami subsidi,” jelas JK.

Tahapan itu kemudian berjalan hingga kini. “Sejak 2006 konversi resmi dimulai dan berhasil,” kata JK. BOB-MB