Bangli (Metrobali.com)-

Mahasiswa IHDN (Institut Hindu Dharma Negeri) mendapat pemaparan soal kepemimpinan saat menggelar pemilu raya, Jumat (6/12) di wantilan Desa Wisata Panglipuran Bangli. Dewan Perwakilan Mahasiswa menggelar kuliah umum sebelum pemilu kampus itu digelar. Nara sumbernya adalah mantan Bupati Klungkung, DR I Wayan Candra SH MH. Candra diundang sebagai pembicara karena desertasi doktornya mengulas masalah calon perseorangan dalam pemilihan kepala daerah. Dalam ujian gelar doktor di Universitas 17 Agustus Surabaya, desertasi Candra mendapat nilai cumlaude (sangat memuaskan).

Kuliah umum kemarin dihadiri oleh jajaran rektorat IHDN, di antaranya Rektor Prof I Nengah Wija yang membuka acara, Pembantu Rektor 3 I Ketut Wisarja, pengurus Dewan Perwakilan Mahasiswa, bendesa adat Panglipuran dam pengelola Desa Wisata Panglipuran, perwakilan STT Panglipuran, mahasiswa, dan siswa-siswa SMA.

Di hadapan ratusan mahasiswa dan siswa SMA, Candra memaparkan tentang pemilu yang demokratis dengan diakomodirnya calon perseorangan atau calon independen. Selebihnya, Candra yang pernah menjabat sebagai Ketua Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) saat PDI pimpinan Megawati diberangus oleh rezim Orde Baru ini, berbicara soal kepemimpinan.

Menurut Candra, pelaksanaan Pilkada di Indonesia sekarang ini lebih demokratis dibanding sebelumnya. Ini lantaran diakomodirnya calon perseorangan untuk ikut bertarung. Meski, syarat yang ditentukan untuk calon perseorangan sangatlah berat karena harus mengumpulkan dukungan dari masyarakat secara langsung. Berbeda dengan calon yang diusung oleh partai politik, yang ‘cukup’ mengantongi rekomendasi dari ketua umum partai politik.

“Meski berat, di Indonesia ini sudah ada empat Pilkada yang dimenangkan oleh calon perseorangan. Ini artinya bahwa seseorang yang benar-benar didukung oleh masyarakat, bisa tampil sebagai pemimpin,” ujar candra.

Namun bagi Candra, syarat terberat seseorang untuk menjadi pemimpin adalah kemampuannya yang harus bisa diterima oleh masyarakat. Kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat. “Ini perlu intelektualitas yang cukup. Selain itu juga diperlukan penampilan yang meyakinkan, termasuk juga bisa berbaur dengan masyarakat. Sehingga mengerti masalah yang dihadapi masyarakatnya,” ujar mantan Bupati Klungkung dua periode ini.

Sejumlah pertanyaan pun mengalir dari peserta dalam kuliah umum yang dipandu maderator  Putu Agus Windu Yasa, yang juga Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa IHDN ini. Pertanyaan itu di antaranya dilontarkan oleh Gung Tri, Made Suastini, keduanya dari Gianyar. Kemudian dua siswa SMA Guru Kula, Kadek Sudiana dari Karangasem dan Wayan Suskrawan dari Buleleng.

Umumnya mereka bertanya soal komitmen dan kepemimpinan yang diharapkan oleh masyarakat. Menjawab ini, Candra menjelaskan, pemimpin tidak bisa muncul tiba-tiba. Pemimpin harus ditempa oleh keadaan dan berbagai persoalan untuk pengalaman diri. Pemimpin tidak boleh coba-coba, namun harus berlatih. “Dunia mahasiswa dan pendidikan formal sangat penting untuk menempa diri kita menjadi pemimpin. Di situlah kita belajar menjadi pemimpin. Saya yakin, mahasiswa IHDN ini para calon pemimpin yang baik karena kegiatannya sangat positif,” ujar mantan Dewan Penasehat Ikatan Penasehat Hukum Indonesia (IPHI) Bali ini.

Menurut Candra, pemimpin yang baik juga harus bisa berbaur dengan masyarakatnya. Tidak hanya mengandalkan laporan dari jajarannya, namun juga harus turun langsung ke masyarakat. “Pengalaman itu salah satu yang penting bagi seorang pemimpin,” ujar Candra yang juga seorang pengacara ini.

Terkait komitmen, menurut Candra, pemimpin yang baik adalah yang bisa memagang komitmen untuk membangun masyarakatnya lebih baik. Tidak hanya bermodalkan janji saja, namun juga harus menjalankan janji itu. “Banyak yang sudah berjanji, namun sedikit yang menepati janjinya,” ujar Candra.

Menariknya, usai kuliah umum Candra langsung ditodong Candra untuk melantunkan lagu-lagunya. Rupanya para mahasiswa IHD tahu kalau Candra sering muncul di televisi lokal Bali.  Bukan sebagai politis atau mantan pejabat, namun sebagai penyanyi lagu-lagu Bali.  Makanya, usai berbicara sebagai nara sumber, Candra langsung diminta untuk berduet dengan mahasiswi IHDN yang juga penyanyi Bangli, Gek Any. Candra pun tidak bisa menolak karena perlengkapan dan organ tunggal sudah disiapkan.

Ketika Gek Any mengajak Candra menyanyi, ratusan mahasiswa yang memenuhi wantilan Desa Wisata Penglipuran Bangli langsung berteriak minta politisi PDIP itu naik panggung. Lagu andalan bertitel Klungkung Semarapura pun meluncur dari duet Candra-Gek Any. Tepuk tangan pun bergema, ketika Candra bernyanyi sambil berjoget. Rupanya, para mahasiswa ini sudah biasa melihat video klip Candra yang ditayangkan di saluran tv lokal Bali.

“Waduh, saya kok terus ditodong bernyanyi,” seloroh Candra usai berduet. RED-MB