Foto: Seminar Leadership dan Technopreneurship “Membentuk Karakter Kepemimpinan dan Kewirausahaan Generasi Milenial di Era Industri 4.0” digelar di Kampus STMIK Primakara, Jln Tukad Badung, No. 135 Renon, Denpasar, Jumat pagi (24/5/2019).

Denpasar (Metrobali.com)-

Technopreneurship Campus STMIK Primakara terus melakukan berbagai upaya untuk semakin banyak mencetak technopreneur (wirausaha teknologi) handal dan mandiri.

Salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan berbagai stakeholder seperti HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda  Indonesia) Kota Denpasar.

Misalnya dengan menggelar Seminar Leadership dan Technopreneurship “Membentuk Karakter Kepemimpinan dan Kewirausahaan Generasi Milenial di Era Industri 4.0” di Kampus STMIK Primakara, Jln Tukad Badung, No. 135 Renon, Denpasar, Jumat pagi (24/5/2019).

Tampil sebagai pembicara yakni Founder sekaligus Ketua STMIK Primakara I Made Artana, S.Kom., M.M.

Dua pembicara lainnya dari HIPMI Denpasar. Pertama, AA. Sagung Istri Pramanaswari, M.Si.,Akan., selaku founder D’Sandek Footwear yang juga Ketua VIII Bidang Koperasi, UKM, dan Pengembangan Startup BPC HIPMI Denpasar.

Satu lagi yakni I Made Dwi Trisna Putra, S.E., selaku owner 89Printing yang juga Ketua X Bidang Tenaga Kerja, Pemuda dan Olahraga, BPC HIPMI Denpasar.

Founder sekaligus Ketua STMIK Primakara I Made Artana, S.Kom., M.M., dalam paparannya mengajak para mahasiswa ini untuk menanamkan mindset kaya dalam diri sendiri dan mengasah kemampuan mendatangkan uang.

“Jangan alergi dengan kata-kata kaya dan biasakan diri menjadi magnet uang,” kata Artana yang juga pengusaha IT dan founder Kampus Alfa Prima ini.

Ia mengajak mahasiswa membangun kesadaran terhadap kekayaan (prosperity conciusness). “Jangan pernah takut punya mindset kaya,” tegas pria yang tengah menempuh studi S-3 (Doktor) Ilmu Manajemen di Universitas Udayana itu.

Jangan Alergi Dengar Kata Kaya

Kalau orang punya kesadaran kaya umumnya berpotensi besar menjadi kaya. Namun tidak sedikit orang yang terkesan alergi ketika diajak berbicara mengenai kekayaan. Bahkan ada juga yang beranggapan kekayaan itu sumber keserakahan dan kejahatan.

“Sayangnya masih banyak orang yang tidak suka dengar kata kaya atau kekayaan. Kalau dengar saja kita sudah tidak suka maka jangankan menjadi kaya, itu artinya kita sudah menolak kaya,” ujar Artana.

Kesadaran terhadap kekayaan (prosperity conciusness) diibaratkan seperti operating system (sistem operasi) dalam sebuah komputer yang akan menjalankan berbagai progam atau aplikasi di komputer.

“Kalau operating system tidak ada kan komputer tidak bisa digunakan. Sama halnya bagaimana mau jadi kaya kalau kesadaran kaya saja tidak punya,” jelas Artana.

Salah satu bentuk atau contoh dari kesadaran kaya adalah bagaimana seseorang memandang uang atau memandang kekayaan itu sendiri. Ataupun bagaimana seorang memaknai kata kaya dan bagaimana responnya ketika melihat orang kaya.

“Misalnya ada orang tidak suka melihat orang kaya, maka dia sendiri tidak akan bisa menjadi kaya. Orang yang tidak suka mendengar kata uang, maka ia tidak akan punya uang,” tegas Artana.

Jadi Technopreneur Bisa Kaya?

Mindset atau kesadaran kaya inilah yang perlu dibangun mahasiswa sejak awal yang berikutnya diikuti dengan berbagai upaya untuk mencapai tujuan-tujuan finansialnya atau tujuan hidupnya secara lebih umum.

“Memang kesuksesan tidak selalu diukur dengan uang tapi memiliki kekuatan finansial adalah salah satu basic yang paling penting untuk menjadi sukses,” imbuh Artana.

Maka salah satu jalan menuju kaya ini mahasiswa diajak untuk menjadi enterpreneur khususnya juga technopreneur yang memang menjadi DNA dan positioning STMIK Primakara sebagai salah satu kampus IT terbaik di Indonesia serta juga sudah terakreditasi B dari BAN PT.

Namun  untuk belajar kewirausahaan, para mahasiswa ini memerlukan mentor dan berada di lingkungan atau ekosistem yang tepat. Untuk itulah STMIK Primakara bersinergi dengan HIPMI melalui HIPMI Perguruan Tinggi.

“Sehingga anak-anak Primakara terbentuk mindset dan sikap sebagai seorang enterpreneur khususnya lagi technopreneur,” tandas Artana. (wid)