Jakarta (ANTARA) – Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Tjahjo Kumolo menilai, aksi bom bunuh diri di GPIB Kepunton, Solo, Jawa Tengah, menunjukkan bahwa intelijen di Indonesia kembali mengalami kecolongan.

“Bom bunuh diri di halaman GPIB Kepunton, Solo, adalah kejahatan kemanusiaan yang patut dikutuk,” kata Tjahjo Kumolo melalui pesan “blackberry” di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, Indonesia dibangun di atas fondasi Pancasila dengan menegaskan prinsip kebangsaan.

Seharusnya, kata dia, pemerintah berani menentukan siapa kawan dan siapa lawan kepada siapapun dengan menindak tegas segala bentuk tindakan kekerasan atas nama agama maupun atas nama kemanusiaan.

“Inilah perbedaan mendasar aksi pemboman di luar negeri dan di Indonesia,” katanya.

Anggota Komisi I DPR RI ini menjelaskan, aksi bom di luar negeri pasti ada kelompok yang mengklaim bertanggungjawab atas ledakan bom, tapi di Indonesia tidak demikian.

Karena itu, kata dia, setiap aksi peledakan bom setiap orang harus berspekulasi soal pelaku, motif, sasaran, dan sebagainya.

“Aksi bom bunuh diri di Solo, pada hari Minggu ini, untuk sementara belum aparat keamanan dan intelijen belum mengetahui apa motif pelaku, karena pelaku tewas di tempat,” katanya.

Tjahjo menambahkan, identitas pelaku juga belum terungkap sehingga belum diketahui pelaku berasal dari kelompok mana.

Pelaku yang sengaja menghilangkan identitas saat melakukan aksi bom bunuh diri, menurut Tjahjo, akan menjadi pekerjaan serius bagi aparat keamanan dan intelijen.

“Jangan sampai karena adanya aksi bom bunuh diri di sebuah gereja di Solo, membuat masyarakat menjadi tidak tenang dalam melaksanakan ibadah di rumah ibadah,” kata Tjahjo.

Akibat aksi bom bunuh diri, sebabkan pelaku bom tewas di tempat serta delapan orang jemaat gereja mengalami luka ringan.