Suasana penyembelihan hewan kurban di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (11/8/2019). (Foto: Sumarwoto)

Purwokerto, (Metrobali.com)-

Cacing hati masih ditemukan pada hewan kurban khususnya sapi yang disembelih di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Purwokerto, kata Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Dinkannak) Kabupaten Banyumas Sugiyatno.

“Kami telah menerjunkan 60 petugas untuk memantau pelaksanaan penyembelihan hewan kurban di seluruh wilayah Banyumas,” katanya saat memantau pelaksanaan penyembelihan hewan kurban di RPH Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu.

Ia mengatakan berdasarkan pantauan sementara di sejumlah lokasi penyembelihan hewan kurban, belum ditemukan adanya penyakit-penyakit yang membahayakan.

“Hanya satu-dua ekor sapi yang disembelih di sini (RPH Purwokerto, red.) terkena cacing hati,” katanya.

Menurut dia, hati sapi yang mengandung cacing itu langsung dipisahkan oleh petugas Dinkannak Banyumas dan selanjutnya akan dimusnahkan.

Ia mengatakan pihaknya juga telah melakukan pemeriksaan kesehatan hewan kurban yang dijual di pasar hewan, lapak pedagang dadakan, dan sejumlah tempat lainnya beberapa hari sebelum Hari Raya Idul Adha 1440 Hijriah.

“Sejauh ini tidak kami temukan gejala-gejala yang mengarah pada penyakit yang bisa menular ke manusia. Jadi, secara umum kondisinya bagus dan benar-benar disiapkan untuk hewan kurban,” katanya.

Terkait dengan jumlah sapi kurban yang disembelih di RPH Purwokerto, dia mengatakan hingga Minggu (11/8) siang telah dilaksanakan penyembelihan 21 ekor sapi.

Dia memperkirakan jumlah hewan kurban khususnya sapi yang disembelih di RPH Purwokerto masih akan bertambah hingga Minggu sore.

“Besok (12/8) kemungkinan masih ada yang menyembelihkan kurbannya di sini,” katanya.

Ia mengatakan di Kabupaten Banyumas sebenarnya ada delapan rumah pemotongan hewan, namun yang layak untuk memotong sapi hanya lima unit, yakni RPH Purwokerto, RPH Purwokerto Barat, RPH Ajibarang, RPH Wangon, dan RPH Sokaraja, sedangkan sisanya untuk pemotongan kambing.

Sugiyatno mengakui jika saat sekarang ada kecenderungan masyarakat lebih memilih sapi sebagai hewan kurban. “Jadi, ada kecenderungan sapi yang dijadikan hewan kurban itu bertambah, sedangkan kambing berkurang,” jelasnya.

Ia menduga hal itu disebabkan volume daging dari satu ekor sapi lebih banyak jika dibandingkan dengan volume tujuh ekor kambing.

“Masyarakat lebih memilih patungan, maksimal tujuh orang, untuk membeli satu ekor sapi kurban. Jadi dengan biaya yang relatif sama yang dikeluarkan oleh setiap orang untuk membeli satu ekor kambing, jika disatukan untuk membeli satu ekor sapi, dagingnya akan lebih banyak,” katanya.

Salah seorang pengasuh Pondok Pesantren Anwar Solihin, Grumbul Pamujan, Kelurahan Teluk, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas, Mohammad Rifki Fauzi mengatakan pihaknya sengaja menggunakan jasa RPH Purwokerto untuk menyembelih satu ekor sapi kurban.

“Selama ini, kami kalau menyembelih hewan kurban selalu di RPH karena keterbatasan sarana di pesantren. Selain lebih cepat dan praktis, kondisi kesehatan sapi akan terpantau jika disembelih di RPH dan kami tinggal membawanya ke pesantren untuk dipotong kecil-kecil sebelum dibagikan,” katanya.

Ia mengatakan sapi yang disembelih di RPH Purwokerto merupakan hewan kurban yang disalurkan BNI Syariah Purwokerto kepada Pondok Pesantren Anwar Solihin.

Menurut dia, sapi tersebut diserahkan oleh manajemen BNI Syariah kepada pengasuh pesantren beberapa hari lalu.

“Hari ini dilakukan pemotongan dan kami memilih RPH Purwokerto sebagai lokasi penyembelihan. Petugas dari BNI Syariah pun turut hadir untuk menyaksikan dan mendokumentasikan penyembelihan sapi tersebut,” katanya. (Antara)