Dua orang penambang aspal saling bantu membantu mengumpulkan aspal tersebut di kawasan industri, Depok, Rabu (25/11)

Jakarta (Metrobali.com)-

Rakyat Indonesia kenal Buton, sebagai daerah penghasil aspal untuk pembuatan jalan raya. Dan kekayaan alam itu menurut penelitian Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, pulau di Tenggara Sulawesi itu, menyimpan sekitar 80 persen dari total cadangan aspal alam dunia dan sisanya ada di Trinidad, Meksiko dan Kanada.

Peran aspal Buton dalam pembangunan jalan raya di Indonesia dapat dilihat contohnya adalah jalan di pantai Utara Jawa (Pantura). “Pembangunan jalan raya Pantura itu menggunakan aspal Buton,” kata Bupati Buton Samsu Umar Abdul Samiun.

Aspal Buton atau yang dikenal dengan asbuton ditemukan sekitar tahun 1924 oleh geolog Belanda bernama WH Hetzel Asbuton dan mulai digunakan dalam pengaspalan jalan sejak 1926.

Karena eksploitasi dan produksi aspal, Pulau Buton sepanjang tahun 1970-1980an terkenal dengan aspal alamnya. Aspal Buton diproduksi dan digunakan untuk berbagai pembangunan jalan raya di dalam negeri. Tapi itu dulu. Kini Indonesia lebih banyak menggunakan aspal impor, kata Bupati Umar Samiun, panggilan akrab Samsu Umar Abdul Samiun.

Menurut Umar, yang juga seorang pengusaha Nikel, aspal Buton terbentuk dari lapisan minyak di perut Bumi yang terperangkap di dalam lapisan Bumi. Kandungan minyak itu lama kelamaan naik dan bercampur tanah dan bebatuan di lapisan atas.

“Jadi minyak itu kan biasanya ada di lapisan dalam, di atasnya ada batu-batuan dan tanah. Lalu minyak yang terperangkap itu naik ke batu-batuan dan tanah itu. Buton ini kan daerah patahan, jadi itulah istimewanya aspal Buton, mengandung minyak,” jelasnya. Aspal jenis ini, menurut Samsu, hanya ada di kawasan Lawale di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.

“Jika digali hingga kedalaman 1.000 meter ke bawah itu sudah ditemukan aspalnya. Padahal kalau tambang aspal atau minyak biasa baru bisa ditemukan setelah kedalaman 3.800 meter,” tuturnya.

Menurut Samsu, sebenarnya keberadaan aspal minyak potensial bagi negeri Tana Wolio itu karena bisa diproses lebih lanjut untuk menghasilkan minyak dan aspal.

Pemda Buton dan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengkaji kebijakan pengembangan aspal Buton, baik untuk kebutuhan pembangunan jalan dan konversi aspal menjadi bahan bakar minyak (BBM).

“Diskusi atau perbincangan mengenai aspal Buton ini sekarang ramai. Kita memiliki potensi aspal yang cukup besar, tetapi kita masih mengipor aspal. Sekarang kita lagi mengkaji bagaimana kebijakan mengembangkan aspal Buton. Termasuk mengkaji konversi aspal ke minyak,” kata R Suhkyar, Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM.

Teknologi pemisahan aspal dengan minyak sudah ditemukan oleh Tiongkok. Pemda Buton dan Tiongkok sudah MOU kerjasama penggunaan teknologi pemisahan aspal dengan minyak. Teknologi itu bisa digunakan untuk memisahkan aspal dan minyak dalam 700 ton sampai 800 ton aspal dengan hasil satu ton minyak pada setiap lima ton aspal yang diolah.

“Bayangkan berapa harga minyak saat ini jika kapasitas produksinya sebesar itu, bisa 100 dolar AS lebih, belum lagi dengan demikian juga kita tidak perlu impor aspal atau minyak,” kata Umar, yang juga Ketua DPC PAN Kabupaten Buton.

Samsu menambahkan saat ini sudah ada tiga negara yang melirik potensi asbuton yakni China, Jerman dan Amerika. Mereka bahkan telah menandatangi kontrak untuk menjajaki potensi aspal Buton yang mengandung minyak.

Untuk eksploitasi aspal, Pemkab Buton sejak 2012 sudah mendirikan Perusahaan Daerah khusus untuk mengelola potensi aspal tersebut.

Bupati yang baru dua tahun menjabat itu menargetkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Buton melonjak dari Rp20 miliar menjadi Rp300 miliar per tahun. Perhitungannya seperti ini, jika satu investor bisa berikan kontribusi satu ton aspal hingga lima dolar AS, maka produksi 60 juta ton per tahun dikalikan lima dolar AS sama dengan Rp300 miliar,” jelasnya.

Aspal yang tersebar di 43.000 hektare area di Pulau Buton diyakini tak akan habis hingga 300 tahun jika diproduksi 1 juta ton per tahun.

Menyulap Aspal “Kami tidak mau seperti kabupaten Sawah Lunto yang baru mengembangkan pariwisatanya setelah tambang barubara nya habis. Kami mau menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan utama kabupaten Buton menggeser pendapatan dari aspal dimana produksi aspal kami masih tinggi,” kata Bupati Buton Samsu Umar Abdul Samiun.

Pemerintah kabupaten (Pemkab) Buton bertekad menjadikan sektor pariwisata sebagai andalan pendapatan daerah untuk menggeser pendapatan utama Buton dari aspal. Berbagai langkah dan manuver di tingkat nasional dan internasional dilakukannya untuk mempromosikan potensi wisata Buton.

Berbagai manuver kegiatan telah dilakukan Bupati Buton untuk mempromosikan Buton sebagai ke tingkat nasional dan internasional. Di antaranya adalah penyelenggaraan festival budaya tua Kesultanan Buton. “Kami mau mempromosikan kekayaan budaya Kesultanan Buton yang menarik bagi turis misalkan saja, imunisasi anak yang sudah ada ratusan tahun lalu sejak Kesultanan Buton dengan nama Pedhole-dhole,” ungkap Bupati.

Dalam dua hari berturut-turut, Jumat-Sabtu (22-23 Agustus 2014). Buton memecahkan rekor atas upacara adat tua masyarakat Buton, yakni Pedhole-dhole (imunisasi anak) dengan jumlah 1.446 anak dan Peka Kande-Kandea (santap bersama) yang diikuti 2.090 talang (nampan makanan).

“Terakhir, kami menerima rekor Muri untuk tarian kolosal tari Buso yang diikuti oleh 20.000 pelajar di bukit Takawa, Buton, Sabtu siang,” kata Bupati Samsu Umar Abdul Samiun, di Buton, Minggu (24/8/2014).

Dua rekor Muri itu memecahkan rekor Muri Pemkab Buton yang diraih tahun lalu, ketika adat Pedhole-dhole hanya diikuti 1.000 anak dan adat Peka Kande-Kandea hanya diikuti 1.090 orang.

Senior Manager Muri Paulus Pangka menyerahkan langsung piagam rekor Muri kepada Bupati Buton, Jumat dan Sabtu (22-23 Agustus 2014), sebagai penggagas diadakannya tiga adat tua Buton.

Penyelenggaran tiga adat tua Buton itu bertujuan untuk menyambut dan menjamu para peserta Sail Raja Ampat yang singgah di Buton. Ada 52 kapal yach yang singgah di Buton sebelum melanjutkan perjalanan ke Raja Ampat, Papu. “Kami mau menunjukkan potensi keindahan laut Buton yang tidak kalah dengan Wakatobi dan kekayaan adat budaya Buton kepada peserta Sail Raja Ampat baik turis domestik dan asing,” kata Samsu.

Sebelumnya, Buton juga melakukan manuver promosi kegiatan, di antaranya, memanfaatkan (KTT APEC) di Nusa Dua, Bali pada Oktober 2013. Dalam acara tersebut, Kabupaten Buton menampilkan tarian Kambero Mainawa dan lagu daerah Buton, Wandiudhiu dan Incafu di hadapan para kepala negara Asia Pasific, kata Abdu Zainuddin Napa, Kadinas Kebudayaan dan Pariwisata Buton.

Sebelumnya, Buton telah menggelar kegiatan bertaraf internasional lainnya dengan menjadi tuan rumah dalam Sail Komodo 2013. Dalam agenda tersebut, Buton banyak kedatangan tamu peserta Sail Komodo dari berbagai negara. Mereka dijamu dengan budaya-budaya Buton. Mulai dari jamuan makanan hingga pada acara hiburan yang seluruhnya menampilkan ciri khas daerah penghasil aspal terbesar di dunia itu.

Dalam ajang Sail Komodo tersebut, Kabupaten Buton juga memperoleh penghargaan dengan menyabet tujuh rekor Museum Republik Indonesia (MURI) dan satu rekor dunia yang menampilkan 12.500 penari yang mempertontonkan tarian kolosal khas Buton.

Rekor MURI terakhir yang didapatkan Pemkab Buton yakni adalah pemancangan kain tenun khas Buton terpanjang membungkus Benteng Keraton Buton sepanjang 2.740 meter pada Desember 2013 lalu.

Promosi Buton dilakukan juga dengan seringnya mendatangkan artis ibukota ke sana. Bukan saja mendatangkan artis, Pemkab Buton juga memproduksi film “Barakati” dan akan disiarkan di bioskop-bioskop secara nasional mulai mulai 16 Oktober 2014. Film yang dibintangi artis papan atas seperti Ferdi Nuril (artis film “Ayat-Ayat Cinta”), Acha Septriasa, dan Niniek L Karim akan mengisahkan sejarah Patih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit sebenarnya merupakan orang Buton.

Film berdurasi 1,5 jam ini, kata Kadinas Kebudayaan dan Pariwisata Zainuddin Napa, akan mengisahkan, anak Buton bernama La Mada putra dari Lakina Batauga yang merantau ke Jawa dan setelah mau meninggal pulang dan dikuburkan di Buton. “Selain menceritakan asal muasal Patih Gajah Mada yang terkenal itu, film itu juga akan banyak memamerkan keindahan alam Buton.

“Dengan berbagai cara dan kegiatan, kami ingin mempromosikan wisata Buton. Baik keindahan alam, bawah laut dan kebudayaan Buton agar sektor pariwisata bisa menjadi sektor unggulan Buton, menggantikan aspal yang memang sudah terkenal di dunia bahwa Buton merupakan penghasil aspal,” kata Bupati Umar Samiun.

Setelah memperbaiki dan membuat mulus jalan-jalan di pulau Buton, Bupati akan menggelar Tour Sepeda di Buton, dimana para pembalap sepeda akan menikmati keindahan pantai, laut dan bukit di sana pada tahun 2015. Tahun 2016, Buton akan menetapkan sebagai tahun kunjungan wisata atau Vist Buton Year 2016.

Serentetan kegiatan promosi wisata itu bertujuan untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai andalan utama pendapatan Pemkab Buton, dan tidak mengandalkan pada kekayaan sumber daya alam aspal nya. Ini patut dicontoh oleh daerah lain. AN-MB