Klungkung ( Metrobali.com )-

Temuan masyarakat terkait masih adanya pengerjaan Pasar Galiran yang tidak sesuai bestek mendapat perhatian dari Bupati Klungkung Wayan Candra. Tertebih temuan tersebut juga berdekatan dengan sidak Candra yang didampingi Ketua DPRD Klungkung AA Gede Anom. Karena usai Candra melakukan sidak ada warga masyarakat Klungkung yang juga ikut melakukan pemantauan terhadap proyek tersebut. dan menemukan ada pengerjaan yang dinilai tidak sesuai bestek, yakni pemasangan sekat tidak dilakukan pembobokan terlebih dulu. Caranya dengan ditempel begitu saja. Akibatnya kwalitas sekat tempelen tersebut pun diragukan kekuatanya.

Candra melalui Kabag Humas dan protokoler Pemkab Klungkung Wayan Sumarta mengatakan beliu sangat mengapresiasi pengawasan yang dilakukan masyarakat Klungkung terkait proyek pasar tersebut. sebelumnya menurut Sumarta, bupati juga telah mendengarkan aspirasi dari para pedagang pasar Galiran Klungkung. salah satunya adalah dengan adanya keputusan pembuatan akses jalan masuk dari timur pasar Galiran. Padahal awalnya akses masuk dari timur tidak ada. Namun karena ada desakan para pedagang akhirnya bupati meminta pelaksana untuk membuka akses masuk dari timur untuk para pedagang memasukan barang.

Ini dilakukan agar akses masuk para pedagang dan buruh yang mengangkut dagangan bisa lebih dekat. “Bapak Bupati sudah sangat mengapreasiasi para pedagang begitu juga masyarakat Klungkung,” ujarnya. tidak itu saja terkait pemasangan sekat yang diduga tidak sesuai bestek Bupati telah memanggil pelaksana, pengawas dan Kadis PU Klungkung. “Kalau pengerjaan pemasangan sekat tidak sesuai teknis bapak Bupati telah memanggil pelaksana, pengawas dan Dinas PU,” imbuhnya. Sedangkan untuk keluhan soal sempitnya ruang kios itu dikarenakan sempitnya areal yang tersedia. Dimana untuk diketahui luas areal pasar Galiran hanya 2,3 hektar sementara jumlah pedagang cukup membludak yakni 1700 pedagang. Sementara lahan seluas tersebut 50 persenya dipergunakan untuk bagunan sedangkan 50 persen untuk ruang sirkulasi dan fasilitasi penunjang.

Karena banyaknya pedagang tersebut maka salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan kios yang relative kecil. Pemerintah sendiri sempat menawarkan dengan pasar bertingkat namun gagasan tersebut ditolak para pedagang. Akhirnya pasar Galiran pun dipaksakan dibuat tanpa lantai sehingga lokasinya agak berhimpitan. Dari analisa ruangan 1,5 kali 2 meter untuk satu kios bagi pedagang dinilai masih layak jika dibandingkan dengan pasar pasar dikota lainya yang hanya memiliki kios 1,5 kali 1,5 meter. Untuk itu Candra berharap para pedagang mengefektifkan ruang kios tersebut untuk berjualan bukan untuk gudang. Dengan demikian ruangan berjualan akan memadai dengan ditata dengan baik. Dengan demikian masyarakat atau konsumen yang ingin berbelanja juga nyaman dan aman begitu juga dengan para pedagang. SUS-MB