Foto: Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M., M.H.

Karangasem (Metrobali.com)-

GTS (Good-Trustworthy-Smart) Institute Bali bersama PHDI (Parisadha Hindu Dharma Indonesia) Kabupaten Karangasem siap menjalankan program pengembangan karakter emas calon ayah dan ibu lewat Sekolah Calon Ayah dan Ibu di Puri Gede Karangasem.

Progam pendidikan dan pelatihan (diklat) Sekolah Calon Ayah dan Ibu di kabupaten paling ujung timur Pulau Bali ini rencananya akan mulai digulirkan pada 31 Mei 2020 bertepatan dengan peringatan HUT pertama GTS Institute Bali.

“GTS Institute Bali dan PHDI Karangasem akan jadi pionir membuka Sekolah Calon Ayah dan Ibu di Karangasem,” kata Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M., M.H., ditemui di Puri Gede Karangasem, Minggu (26/1/2020).

Sekolah Calon Ayah dan Ibu ini untuk mempersiapkan calon-calon anak-anak suputra, generasi emas Indonesia untuk 25 tahun ke depan. Lantas kenapa memilih Karangasem?

Ditanya demikian Tini Gorda yang juga istri dari tokoh Puri Gede Karangasem Anak Agung Bagus Ngurah Agung, S.H.,M.H., ini mengungkapkan secara filosofis Karangasem adalah hulunya Bali. Kabupaten yang terletak di bawah kaki Gunung Agung ini juga menegaskan positioning sebagai “Karangasem The Spirit of Bali.”

“Filosofi alam, dari timur Pulau Bali kami mencoba memberikan vibrasi untuk Bali dengan melahirkan Anak Suputra dari Bali Timur, dari Karangasem. Ini juga bagian bukti dari implementasi Karangasem The Spirit of Bali,” ungkap Tini Gorda yang juga Ketua Pusat Studi Undiknas ini.

Putri dari tokoh pendidikan Bali dan pendiri Perdiknas almarhum Prof IGN Gorda ini juga mengungkapkan alasan GTS Institute Bali menggandeng PHDI Karangasem yang merupakan organisasi keumatan ini untuk mengeksekusi progam Sekolah Calon Ayah dan Ibu ini.

Sebagai lembaga keumatan PHDI punya kegiatan program kerja salah satunya Diklat calon Sulinggih dan juga punya progam pasraman kilat untuk generasi muda.  Dari sana pihaknya berpikir kenapa tidak calon ayah dan ibu yang akan melahirkan Anak Suputra juga yang menjadi program kerja PHDI.

“Jadi bukan hanya mencetak Sulinggih tapi anak-anak kita keteteran. Sekarang kenapa tidak dari hulu ke hilir diambil dalam konteks untuk mempersiapkan Anak Suputra,” ujar Tini Gorda.

“Karena PHDI Pusat dan PHDI Bali belum mengakomodir kami coba dari PHDI Karangasem yang kebetulan kami di Puri Gede Karangasem memberikan bencingah Puri sebagai Sekretariat PHDI Karangasem,” imbuh Tini Gorda.

Selain itu, dengan digelarnya Sekolah Calon Ayah dan Ibu ini di Puri Gede Karangasem, harapannya betul-betul konsep fungsi puri kembali seperti dulu sebagai pusat pencerdasan masyarakat.

“Maka kami bergerak dari Karangasem dan PHDI Karangasem antusias juga dan akan diajukan sebagai program kerja.  Siapa tahu juga bisa diakomodir secara nasional oleh PHDI Pusat dan diikuti juga oleh puri-puri lain di Bali,” harap Tini Gorda.

Sinergi Selamatkan Generasi Emas

Tini Gorda yang juga Ketua Umum DPD IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Provinsi Bali ini mengakui sejauh memang GTS Institute Bali dan PHDI Karangasem belum melakukan MoU terkait kerjasama progam Sekolah Calon Ayah dan Ibu ini.

“Kami pikir lebih bagus buktikan dulu berkegiatan baru nanti diikat dengan MoU dan PKS (Perjanjian Kerjasama). Kami juga tidak mau progam ini seperti pesraman kilat tapi progam ini benar-benar adalah bagian dari pendidikan non formal yang berkelanjutan dan kami harapkan PHDI harusnya memayungi program ini,” papar Tini Gorda.

Para peserta Sekolah Calon Ayah dan Ibu ini nantinya juga akan mendapatkan selama sertifikat yang diharapkan menjadi bagian tak terpisahkan dari rencana progam sertifikasi pranikah dari pemerintah pusat.  Anak-anak yang sudah dapat diklat ini kemudian kelak menjadi calon pengantin dan di saat ada Tri Upasaksi, calon pengantin ini wajib menunjukkan sertifikat ini.

“Tapi kalau terlanjur sudah menikah dan belum punya sertifikat, boleh ikut dikat Sekolah Calon Ayah dan Ibu setelah menikah. Jadi  kita fleksibel dan jangan sampai menunda orang menikah,” imbuh Tini Gorda yang juga merupakan salah satu tokoh inspirator nasional untuk perlindungan dan pemberdayaan perempuan dan anak.

Sekolah calon ayah ibu ini diperuntukkan bagi kalangan generasi muda, laki-laki dan perempuan (yang bukan calon pasangan maupun yang calon pasangan) guna mempersiapkan mereka menuju jenjang berumah tangga, menjadi calon ayah dan ibu.

Diklat ini dalam bentuk kelas weekend (akhir pekan) setiap Sabtu dan Minggu selama enam bulan. Kelas Sekolah Calon Ayah dan Ibu ini akan dibuka setiap enam bulan sekali. “Peserta bebas dari SMP, SMA/SMK dan umum,” terang Tini Gorda.

Namun Tini Gorda mengakui oleh sebagian pihak kegiatan Sekolah Calon Ayah dan Ibu ini tidak dianggap komersil. “Tapi bagi saya kegiatan preemtif ini sangat strategis dalam rangka kita menyelematkan kelahiran anak-anak Suputra 25 tahun kemudian menuju Indonesia Emas 2045,” tegas Tini Gorda.

Karenanya pihaknya pun berharap PHDI Karangasem mampu mendorong adanya sinergi dengan Pemerintah Kabupaten Karangasem. Sebab progam ini memang harus dikerjakan secara kemitraan, tidak bisa GTS Institute sendiri yang bekerja.

“GTS Institute, lembaga keumatan PHDI dan pemerintah daerah harus hadir serta masyarakat juga harus mendukung dan mendorong program strategis untuk menyelematkan generasi Bali ke depan,” pungkas Tini Gorda.

Diakui Tiga Kementerian dan BKKBN

Sekolah Calon Ayah dan Ibu yang diselenggarakan GTS Institute Bali ini mencakup sejumlah materi pembelajaran. Yakni tantangan mendidik anak sebelum lahir, keluarga bahagia, proses pendidikan anak sebelum lahir.

Lalu materi tentang kelahiran anak suatu harapan mulia, neuro linguistic programming dan meditasi kesehatan, pengetahuan umum tentang penyakit dan gizi.

Berikutnya yang sangat penting pula adalah  pemahaman pendidikan 1000 hari pertama kehidupan, pengetahuan rumah sehat dan bahagia, pengetahuan masalah hukum. Lalu pengetahuan tentang kepribadian hingga pengelolaan keuangan keluarga yang efektif.

GTS Institute juga progam kesadaran diri generasi emas, progam pengembangan diri, kajian-kajian akademis, memberi layanan psikotes dan layanan konseling pranikah dengan melibatkan sejumlah psikolog.

GTS Institute Bali didukung oleh tenaga pengajar yang memiliki komitmen total terhadap kualitas kesarjanaan penuh serta memiliki pengalaman dan wawasan luas tentang pengetahuan psikologi, komunikasi, obstetri, ginekologi, pediatri, ekonomi, lingkungan, arsitektur dan hukum.

Program inovasi pengembangan karakter emas Sekolah Calon Ayah dan Ibu ini walau ibarat “seumur” jagung ternyata sudah “melesat dan bersinar” diakui dan diapresiasi tiga kementerian

Yakni Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga yang teranyar dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dan satu lembaga negara seperti Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Terakhir GTS Institute Bali mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dengan masuk peringkat 8 dari 10 besar penerima Penghargaan Inovasi Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).

Penghargaan ini diserahkan serangkaian Puncak Peringatan Hari Ibu PHI Kawasan Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah, 21-22 Desember 2019.

Program pengembangan karakter emas calon ayah dan ibu ini juga diadopsi oleh Pusat Studi Undiknas (PSU) dan telah dikerjasamakan dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk menjadi progam nasional.

Nantinya mulai tahun 2020 rencananya progam pengembangan karakter calon ayah dan ibu ini akan dijalankan di seluruh Indonesia di bawah program BKKBN. (dan)