Menteri Pariwisata, Arief Yahya

Jakarta (Metrobali.com)-

Saat membuka pameran yang merupakan “side event” dalam Peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika (KAA), Menteri Pariwisata (Menpar) mengaku sekaligus memanfaatkan kesempatan itu untuk mempromosikan destinasi pariwisata Indonesia.

Menpar Arief Yahya setelah membuka acara pameran di Jakarta, Minggu (19/4), mengatakan acara pameran dalam rangkaian Peringatan KAA itu diharapkan akan mempromosikan Indonesia dalam kancah internasional.

“Acara pameran KAA ini, diharapkan akan mempromosikan Indonesia sebagai destinasi MICE,” kata Arief Yahya.

Ia mengatakan dalam The Exihibition of The 60th Commemoration of the Asian African Conference ada enam pameran yang digelar.

Enam pameran itu yakni Exhibition of Indonesia Sout-South Cooperation, Indonesia Heritage Exhibition, Investment Opportunities Exihibition, World Culture Forom Exhibition, Archive Exhibition of Asian African Conference 1955, dan Exhibition of Finest Handcrafts and Traditional Drink from Indonesia.

Arief sangat berharap ajang itu akan semakin memperkenalkan Indonesia ke mata dunia di samping sebelumnya ia telah berjanji untuk menyiapkan “obat” penurun ketegangan pada Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 di Jakarta-Bandung berupa Acara “Pameran Kerjasama Selatan-Selatan di JCC” di Pre-Function Hall A Jakarta Convention Center (JCC).

“Acara ini bakal menjadi salah satu obat penurun tensi dalam rangkaian side events peringatan KAA,” kata Menpar Arief Yahya.

Ia mengatakan, pada saat konferensi dan side events yang serba serius, ada satu corner yang diharapkan bisa menghidupkan suasana dan mengurangi kekakuan selama 19-24 April 2015 itu.

Acara itu, kata dia, yakni beberapa stand pameran yang memberi ruang kepada semua delegasi dan peserta konferensi untuk refreshing, melihat dokumentasi KAA 1955, aksi kerja sama Selatan-Selatan dan juga melihat handicraft khas Indonesia.

“Ada beberapa tema pameran yang dibuat di Pre-Function Hall A itu, antara lain Pameran Kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST). Lalu Indonesia Heritage Exhibition, pameran yang menampilkan produk-produk warisan budaya Indonesia, seperti batik, tenun, silver, jewelry, premium handicraft dan aneka souvenir. Tujuannya untuk mempromosikan produk kreatif berbasis warisan budaya bangsa,” kata Arief Yahya.

Rencananya akan ada juga pameran foto, koleksi, dan dokumentasi Konferensi Asia Afrika 1955, kata dia, agar atmosfer dan suasana peringatan itu tetap terasa.

“Tim Arsip Nasional memiliki banyak dokumen yang bisa membawa orang yang melihatnya terbang kembali ke era 60 tahun silam. Hitam-putih, baju-baju putih, Gedung Merdeka, suasana konferensi, mobil-mobil yang dipakai,” katanya.

Hal yang menurut dia menarik, dari berbagai corner pameran itu adalah dokumentasi Kerja sama Selatan Selatan dan Triangular, yang jarang diketahui publik.

Misalnya informasi soal peran Indonesia di mata negara-negara Afrika itu sangat besar, tetapi selama ini tertutup oleh informasi lain yang dipandang lebih menarik.

Padahal, jika dicermati, peran Indonesia bagi negara-negara miskin di Afrika itu sangat membanggakan.

Contoh lain soal inseminasi buatan, atau kawin suntik bagi ternak-ternak di Afrika, yang dibantu oleh Indonesia.

Pembuatan hand tracktor dan tanaman hias di bidang pertanian, lalu seaweed dan kerupuk center untuk pengolahan industri makanan berbasis kekayaan laut. Maternal Health, dan beberapa hal yang cukup menggelitik.

“Peran Indonesia bagi negara-negara kawasan Asia Afrika itu besar, sejak zaman Presiden Soekarno, sampai sekarang pun, masih besar. Karena itu, dokumentasi ini penting buat semua delegasi,” jelasnya.

Pihak yang terlibat dalam tim pelaksana pameran ini antara lain, Kemenlu, Setneg, Kemenkeu, Bappenas, Kemenkes, Kementan, BKKBN, dan KKP.

Arief menambahkan, akan ada sekitar 80 meter persegi booth dimanfaatkan untuk memamerkan peran Indonesia yang konkret di kawasan Asia Afrika. AN-MB