culumonimbus

Jakarta (Metrobali.com)-

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya mengatakan, dalam masyarakat penerbangan dan cuaca, awan culumonimbus (CB) jelas harus dihindari.

“Biasanya di dalam awan CB itu banyak sekali kejadian bukan hanya petir tapi angin naik, angin turun, turbulensi dan lain-lain. Sudah dengan catatan kalau ada awan CB harus dihindari,” kata Andi di Jakarta, Senin (29/12).

Namun Andi menegaskan bahwa belum tentu penyebab hilangnya pesawat AirAsia QZ 8501 yang terbang dari Surabaya menuju Singapura pada Minggu (28/12) adalah awan CB.

“Kita tidak menyatakan penyebab hilangnya kontak itu adalah awan CB tapi memang awan CB harus dihindari,” kata Andi.

Pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ 8501 membawa 155 orang penumpang berangkat dari Bandara Juanda Surabaya pada pukul 05.12 WIB dan hilang kontak di perairan Pulau Belitung dengan titik koordinat 03.22.46 LS dan 108.50.07 BT.

Berdasarkan penjelasan BMKG disepanjang rute yang dilalui Pesawat AirAsia yang hilang kontak tersebut terdapat awan tebal berjenis cumulonimbus.

Pesawat membawa sebanyak 155 orang penumpang yang terdiri dari 138 orang dewasa, 16 orang anak-anak dan satu orang balita.

Di dalam pesawat terdapat warga negara asing dan awak kabin yakni Singapura, Inggris, Malaysia, Perancis masing-masing satu orang dan warga Korea Selatan tiga orang.  AN-MB

activate javascript