Keterangan foto: Pertemuan Badan Koordinasi Humas di Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (4/7/19)/MB

Sukabumi, (Metrobali.com) –

Pengembangan energi terbarukan menjadi tantangan bagi setiap negara untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang semakin menurun ketersediaannya. Bentuk upayanya ialah mencari alternatif sumber bahan bakar baru bersifat ramah lingkungan, dengan stok bahan bakunya terjamin, serta memiliki harga yang lebih terjangkau dari bahan bakar pada umumnya.

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Litbang Pertanian berhasil melakukan lompatan besar dengan menemukan bahan bakar alternatif bersumber dari Crude Palm Oil (CPO) yang disebut Biodiesel B-100 atau 100 persen terdiri dari kandungan minyak nabati. Selain itu, B-100 ini mampu meningkatkan pemanfaatan kelapa sawit di Indonesia yang dikenal sebagai negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar di dunia dengan lahan se-luas 14,03 juta hektare (ha).

Plt Sekretaris Jenderal Kementan, Momon Rusmono menjelaskan bahwa dari hasil uji coba yang dilakukan oleh Kementan, penggunaan B-100 mampu mencapai jarak 13,1 kilometer/liter. Jarak tersebut lebih jauh jika dibanding solar yang hanya mencapai 9 kilometer/liter.

“Lebih dari itu, penggunaan B-100 ini bisa menghemat devisa sebesar 26 triliun yang berdampak langsung pada kesejahteraan petani sawit,” ujar Momon saat membuka Pertemuan Badan Koordinasi Humas di Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (4/7/19).

Momon menjelaskan, penghematan ini bisa didapat dari substitusi impor solar yang selama ini cukup tinggi. Disisi lain, biodiesel juga mampu mengurangi pencemaran lingkungan karena rendah polusi dengan karbonmonoksida (CO) biodiesel lebih rendah 48% dibanding solar.

Dalam pertemuan yang dihadiri oleh lebih dari 100 orang pejabat humas dari berbagai Kementerian dan Lembaga Pemerintah di Indonesia tersebut, turut hadir sebagai pembicara Dr. Ir. Desrial selaku Ketua Umum Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA). Ia menjelaskan bagaimana peluang dan tantangan pengembangan biodiesel dan industrialisasi ke depan.

“Dengan adanya energi terbarukan B-100 ini, tentu akan menciptakan beberapa peluang yaitu memperkuat keamanan energi nasional serta meningkatkan nilai tambah ekonomi domestik dengan sumber daya terbarukan,” ujar Desrial dihadapan para peserta yang hadir.

Disisi lain, lanjutnya, akan muncul pula tantangan penting untuk diperhatikan menyangkut regulasi pemerintah terkait sumber energi baru yang kuat dan melibatkan banyak pihak serta kebijakan harga yang tepat untuk masyarakat.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Ir. Syafaruddin, Ph.D yang merupakan Koordinator dari penemuan inovasi B-100 di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) dalam pertemuan tersebut juga menjelaskan pihaknya akan terus melakukan ujicoba B-100 terhadap performa mesin diesel pada 16 kendaraan bermotor.

“Kita menggunakan kendaraan yang murni B-100 dengan kendaraan lain yang menggunakan solar biasa. Nanti kita akan bandingkan dan akan dibongkar (mesinnya) sampai 10 ribu km,” tuturnya.

Mengenai jarak tempuh terpanjang, kendaraan dengan B-100 sudah menempuh jarak Sukabumi-Lampung dengan kecepatan 120 km/jam dan tidak muncul kendala apapun. Dalam waktu dekat juga akan road test sampai Bali. “Akan konvoi kendaraan yang menggunakan B-100 sampai Bali, nonstop,” jelas Syafaruddin.

Diakhir paparannya, Ia menerangkan bahwa saat ini sudah tersedia Pom mini B-100 berkapasitas 400 liter di beberapa unit kerja Kementan, salah satunya berada di Puslitbang Perkebunan Bogor yang telah digunakan untuk mengisi bahan bakar kendaraan dinas instansinya.

Harapannya, dengan adanya inovasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian ini, membuat masyarakat semakin yakin bahwa sektor pertanian Indonesia dapat menjadi sumber devisa negara yang kuat untuk meningkatkan kedaulatan Bangsa. Selain itu upaya penderasan informasi mengenai inovasi yang sudah diciptakan juga akan terus dilaksanakan, salah satunya dengan pelaksanakan kegiatan Bakorhumas ini.

Editor: Hana Sutiawati