Keterangan foto: Tiga peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian melaksanakan Scientific and Technical Exchange Program bertema “Preparation, Formulation, Characterization, and Application of Controlled-Release Nanobiopesticide” dengan mitra-mitranya di Iran pada 3-10 Mei 2019/MB

Iran (Metrobali.com) –

Tiga peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian melaksanakan Scientific and Technical Exchange Program bertema “Preparation, Formulation, Characterization, and Application of Controlled-Release Nanobiopesticide” dengan mitra-mitranya di Iran pada 3-10 Mei 2019. Pada kesempatan tersebut disepakati untuk kerjasama peningkatan produksi padi dan mutu beras, termasuk aplikasi produk nanobiopestisida hasil riset bersama untuk pengendalian hama utama padi.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut atas komitmen bersama untuk memperkuat bilateral Indonesia-Iran atas MoU yang telah ditandatangani Indonesia – Iran sejak 2008. Kunjungan ini juga dimanfaatkan Indonesia untuk menggali informasi dan membuka peluang kerja sama pengelolaan dan pengembangan kebun kurma yang menjadi unggulan di Iran.

Hoerudin, Ph.D., salah satu peneliti yang menjadi Ketua Delegasi menjelaskan bahwa Indonesia telah mendapatkan kesepakatan dari mitra riset di Iran terkait yaitu Exchange of rice germplasm dengan mitra Agricultural Research Education and Extension Organization (AREEO) dan Rice Research Institute of Iran (RRII); serta Rice Production Technologies on Different Ecosystems from Upland to Swampy dengan mitra AREEO, RRII, dan Universitas Gorgan.

Kesepakatan lainnya yaitu Rice Plant Protection including development and application of nanobiopesticides dengan mitra RRII, Agricultural Biotechnology Research Institute of Iran (ABRII), Universitas Gorgan; Rice Mechanization dengan RRII; serta Rice Postharvest Technologies including utilization of rice by products dengan mitra RRII, ABRII, Universitas Gorgan.

Dalam kunjungan ke sejumlah lembaga riset dan lahan pertanian di Iran tersebut juga terdapat potensi kerja sama lain yaitu pengembangan/perdagangan beras fungsional (khususnya beras hitam), ekspor-impor hortikultura, serta pengembangan standardisasi, labeling, dan sertifikasi produk nanoteknologi.

Pihak Iran yang diwakili Director General of Agricultural Extension Office AREEO, Bahman Amiri Larijani, PhD sangat mengapresiasi upaya kuat Indonesia dalam mendorong implementasi kerja sama bilateral Indonesia-Iran. Banyak potensi subsektor pertanian di kedua negara yang sangat strategis untuk ditindaklanjuti implementasi kerja samanya.

“Kami sepakat implementasi kerja sama ini dimulai dengan padi yang merupakan komoditas strategis bagi Iran dan Indonesia,” ujar Larijani panggilan akrabnya.

Dalam kesempatan lain, Dr. Muhammad Prama Yufdy yang juga menjadi Delegasi saat pertemuan ke-3 Joint Steering Committee on Agriculture (JSCA) setelah pertemuan kedua di Tehran tahun 2017 lalu, menyampaikan bahwa hal-hal seperti ini merupakan upaya untuk mewujudkan target kerjasama pertanian bilateral, ungkapnya.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Iran merangkap Republik Turkmenistan, Octavino Alimudin, menyampaikan bahwa penduduk Iran banyak minati komoditas pangan Indonesia, seperti beras hitam dan buah-buah tropis. “Kerja sama ini diharapkan terus berlanjut implementasinya, sehingga memberikan manfaat ekonomi khususnya untuk Indonesia,” pungkasnya.

Editor: Hana Sutiawati