benny siswanto

Denpasar (Metrobali.com)-

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara memberikan paket beasiswa wirausaha yang bertujuan menciptakan wirausaha baru.

“Beasiswa ini diberikan melalui seleksi ketat, dan kami telah menginisiasi program wirausaha itu sejak 2012,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara Benny Siswanto usai membuka BI Preneur Scholarship 2014 di Denpasar, Sabtu (19/7).

Ia mengatakan, pihaknya berupaya bagaimana menjaga orang-orang (calon wirausaha) untuk mencapai ke sana (wirausaha) dengan memberikan kontribusi kepada perekonomian daerah.

Menurut dia, selain wirausaha, bank sentral ini telah melakukan upaya mendukung produksi kebutuhan pokok, di antaranya melalui pembentukan kluster produk pertanian seperti kluster kopi dan sapi.

Program tersebut, kata dia, difokuskan pada peningkatan wirausaha di sektor agribisnis dan berorientasi ekspor.

Lahirnya program pemberian beasiswa wirausaha itu, lanjut dia, mengingat rasio wirausaha di Tanah Air masih kecil yakni berkisar 1,4-1,6 persen, atau berada di bawah angka proporsional yakni 2 persen dari total populasi penduduk Indonesia.

“Sedangkan di luar Indonesia sudah menyentuh angka 4 persen,” katanya.

Paket beasiswa pengembangan wirausaha yang akan diberikan melalui seleksi ketat yang hanya diberikan kepada 10 orang peserta setelah melalui seleksi tahap pertama yang berjumlah 30 orang.

Program yang diberikan di antaranya pelatihan dan pendidikan bisnis, pembinaan yang didampingi pengusaha lokal, kunjungan lokasi usaha, temu usaha, dan promosi usaha.

Kegiatan pemberian beasiswa pengembangan wirausaha melalui seleksi itupun menarik perhatian para wirausaha di Bali baik yang telah melaksanakan kegiatan usaha maupun calon wirausaha yang tengah merintis usaha.

“Saya ingin memperluas jaringan usaha jamur yang telah saya kembangkan selama hampir tiga tahun,” kata wirausaha jamur, Wayan Rinya (43).

Ia berharap dengan mendapatkan beasiswa pengembangan wirausaha itu akan menambah ilmu pengelolaan usaha jamur yang saat ini baru memasuki beberapa pasar tradisional di Kota Denpasar.

I Gede Brana (22), pria dari Banjar (dusun) Penyabangan, Desa Payangan, Kabupaten Gianyar yang saat ini tengah merintis budidaya bambu dan “rebung” (tunas bambu) yang dijadikan sayur olahan, tertarik mengikuti seleksi beasiswa itu karena selain ingin mendapatkan ilmu pengembangan wirausaha juga sekaligus sebagai kesempatan melebarkan pangsa pasar “rebung”.

“Usaha budidaya rebung memiliki prospek yang cerah ke depan. Tinggal bagaimana menggarap pangsa pasar yang masih terbatas karena selama ini sayuran itu belum menjadi menu andalan,” kata mahasiswa jurusan ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta di Denpasar itu.

Ia berharap apabila lolos dalam program beasiswa itu maka ilmu yang didapat akan diimplementasikan sekaligus mengajak para petani lain menekuni budi daya rebung selain komoditas pertanian utama.

“Budidaya rebung itu tidak tergantung kepada cuaca sehingga ini bisa menjadi komoditas yang perlu lebih dikembangkan,” katanya. AN-MB