Denpasar (Metrobali.com)-

Urban farming menjadi trend bercocok tanam di Kota-kota besar saat ini. Seperti Denpasar memiliki kesediaan lahan yang sangat sempit membuat urban farming menjadi alternatif menciptakan ketahanan pangan. Kegiatan urban farming perlu terus ditumbuhkan salah satunya dengan memberikan motivasi generasi muda untuk suka bercocok tanam dan tidak menyia-nyiakan tanaman atau pekarangan dirumah. Melalui  Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke 33 yang dilaksanakan di Kota Denpasar, Pemerintah Kota Denpasar melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPM PemDes) Kota Denpasar melaksanakan Workshop Urban farming kepada para siswa SMA N 6 Denpasar, Jumat (15/11) di Desa Budaya Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur.

 Kepala BPM PemDes Made Mertajaya mengatakan terkait dengan memperingati HPS tahun ini pihaknya mengglar workshop dan auting class urban farming yang memiliki essensi untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan sempit atau tidak terpakai. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi seperti hidroponik dan berbagai bentuk pertanian vertikal dapat menghasilkan bahan pangan seperti sayur mayur, buah-buahan, berbagai bentuk umbi-umbian dan kacang-kacangan maupun ikan. Hal ini nantinya diharapkan dapat menambah kenyamanan dan keindahan lingkungan maupun dapat menjadi sumber pangan keluarga. Apalagi saat ini menurut Mertajaya kita ketahui bersama bahwa Kota Denpasar terus tumbuh dan menggeliat menuju kota metropolitan. Perkembangan tersebut membawa perubahan struktural yang menghasilkan urbanisasi, degradasi lingkungan dan kebutuhan pangan yang krusial dengan semakin meningkatnya tekanan pada sumber-sumber produksi pangan. Kegiatan workshop ini menghadirkan pembicara Agus Slamet Riadi dari Fakultas Pertanian Unud, dan A.A Mas Rusita Dewi dari Komunitas Urban Farming Kota Denpasar.

 Agus Slamet Riadi mengatakan kegiatan ini dapat merubah polapikir generasi muda untuk mencitai bercocok tanam. Hal ini dengan melakukan urban farming yang juga bermanfaat untuk ketahanan pangan. Ia juga menjelaskan banyak manfaat kita dalam bercocok tanam disamping untuk konsumsi sendiri juga memberdayakan dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Disamping itu siswa juga dapat kreatif memanfaatkan lahan sempit untuk bercocok tanam.

 Sementara A.A Mas Rusita Dewi mengajak para siswa untuk bertani dengan hati yang dapat dijalani dengan mudah. Ia juga memberikan informasi mudah dalam bercocok tanam, mulai dari membuat pupuk dengan bahan yang dapat ditemui disekitar kita. Seperti kulit telor dapat dijadikan sebagai pupuk agar pohon dapat merangsang buah dan bunga. PUR-MB