Direktur Teknik Made Suarsa (kiri).
Mangupura, (Metrobali.com)

Direktur Teknik Perumda Air Minum Tirta Mangutama Badung Made Suarsa menyatakan segera melakukan langkah-langkah untuk menekan kebocoran air yang saat ini masih ada di angka 46 persen. Hal itu dikatakannya saat melakukan gathering dengan kalangan media di sebuah rumah makan di bilangan Darmasaba Badung, Selasa (6/4/2021).
Langkah pertama, pihaknya menginventarisir permasalahan dan melakukan koordinasi dengan seluruh tim. Dari kebocoran yang ada, ujarnya, tak sepenuhnya merupakan kebocoran dari sisi teknik. “Ada ditemukan kebocoran administrasi. Ini tentu saja sangat terkait SDM yang ada baik pembacaan meter, kemudian teknis lainnya,” tegasnya.

Dia menyatakan, saat ini banyak ditemukan kilometer nol. Ini sedang didata dengan menggunakan sistem informasi IT untuk mengetahui sebesar mana riil kebocoran teknis maupun kebocoran administrasinya. Dengan upaya ini, pada Februari yang lalu, angka kebocoran sudah di bawah 40 persen,” tegasnya.
Ke depan, ujar Suarsa, pihaknya akan membentuk tim NRW khusus. Tim ini akan dipoisisikan selevel kepala seksi. “Mereka inilah yang nanti benar-benar memilah kebocoran secara riil. Intinya kami ingin tahu sakitnya itu apa dan kami bisa memberikan dosis dan obatnya,” tegasnya.

Setelah tim evaluasi ini jadi, katanya, pihaknya berharap bisa terus menekan angka kebocoran air. Tahun ini, pihaknya menargetkan angka kebocoran di angka 36 sampai 37 persen. “Ini target kami di tahun pertama,” tegasnya.
Soal kendala pelayanan, Suarsa menegaskan, kasus lama. Tetapi dari hasil laporan teknis, pelayanan sudah bisa dilakukan 24 jam sepanjang tidak ada gangguan. Kalau tidak ada pipa bocor, kalau tidak ada pemasangan box culvert, itu pelayanan kami sudah 24 jam untuk di beberapa tempat. “Walau ada kebocoran sudah dilakukan one day service. Hari ini bocor, hari itu pun kebocoran sudah ditangani agar air tak banyak yang hilang dan masyarakat tidak banyak yang mengeluh. Saat ini keluhan sudah mulai berkurang,” tegasnya.

Soal stok air baku dibandingkan dengan kebutuhan, secara eksisting, air baku masih cukup. Sumber air masih idle di Petanu, di Belusung pun dari kapasitas yang terpasang 600, produksi baru 300 liter per detik dan di estuari sudah full 500 liter per detik. “Soal air baku masih ada kendala saat hujan hingga banjir yang menyebabkan air baku menjadi keruh. Secara proses dibandingkan dengan kebutuhan, air masih mencukupi,” katanya.

Soal kemampuan bayar dari pelanggan saat pandemi sekarang, Dirtek asal Darmasaba tersebut menyatakan masih cukup baik berkisar di angka 87 persen. Artinya, di tengah pandemi pun, pelanggan masih mampu melakukan pembayaran. Pada tahun 2020, pihaknya menargetkan 84 persen namun pencapaian di angka 87 persen. Artinya kemampuan masyarakat untuk membayar tinggi. Hal ini karena air merupakan kebutuhan nomor dua setelah udara. “Mereka menyisihkan penghasilannya untuk hidup dulu, yang lain mungkin disisihkan,” ujar Suarsa. (Sut-sar)