Denpasar (Metrobali.com)-
 Bentara Budaya Bali (BBB) –lembaga kebudayaan nirlaba– di Ketewel, Kabupaten Gianyar, Bali, menggelar musik keroncong Memoar Ismail Marzuki bersama Orkes Sekar Dewata.

“Pentas akan menyuguhkan lagu-lagu gubahan Ismail Marzuki, akan berlangsung Minggu (12/5) malam,” kata pengelola Bentara Budaya Bali Putu Aryasthawa di Denpasar, Sabtu (11/5).

Ia mengatakan lagu-lagu gubahan yang akan disajikan, antara lain berjudul Aryati, Gugur Bunga, Melati di Tapal Batas, Wanita, Rayuan Pulau Kelapa, Sepasang Mata Bola, Bandung Selatan di Waktu Malam, Keroncong Serenata, Juwita Malam, Sabda Alam, Rindu Lukisan, dan Indonesia Pusaka.

Pentas musik tersebut juga diselingi dengan diskusi membahas ragam komposisi musik keroncong dan upaya alih generasi oleh para pemusik keroncong era saat ini.

Putu Aryasthawa menjelaskan keroncong sebagai salah satu musik rakyat Indonesia memiliki pertautan historis dengan musik Portugis yang dikenal sebagai fado.

Bentuk awalnya disebut moresco yang dimainkan dengan iringan alat musik dawai. Dalam perkembangannya di Nusantara, dipergunakan pula alat musik seruling dan beberapa komponen gamelan.

Masa keemasan keroncong bergulir hingga era 1960-an. Ismail Marzuki adalah salah satu tokoh dan komponis keroncong yang tersohor di Indonesia, lahir di Kwitang, Batavia, 11 Mei 1914, dan menciptakan lagu pertamanya, “O, sarinah” yang berbahasa Belanda pada usia 17 tahun.

Ismail Marzuki pada 1936 bergabung dalam perkumpulan orkes musik Lief Java sebagai pemain gitar, saxophone, dan harmonium pompa.

Keroncong Sekar Dewata pimpinan C.L. Sumartono pernah berpentas dan melakukan kolaborasi dalam berbagai pertunjukkan musik. Mereka terdiri atas Agus Suharyadi (flute), Agus Sarwono (Bass), Suprih Prasmana (Cello), Yatno (Ukulele), Yoyok (Tenor), dan Sefi I.P. (Vokal).

“Kegiatan pentas kali ini tidak membebankan biaya bagi penonton. Semoga pentas musik dan diskusi dapat mengingatkan kita kepada peran dan karya Ismail Marzuki serta khususnya musik keroncong yang meredup akibat kian digemarinya musik-musik populer sejak tahun 1961 hingga sekarang” kata Putu Aryasthawa.