Jokowiii

 

Oleh: Ngurah Karyadi

Kontestasi dan Persaingan di pilpres kian hangat, dan banyak kalangan mulai menyebut perhelatan itu mirip perang: Baratayuda. Kini memasuki babak akhir, setelah Abimayu gugur di Kurusetra, pada hari ke-13. Dalam situasi Pilpres ini ditandai dengan tampilnya Jokowi, yang berhadapan dengan Prabowo disisi lain  di palagan “perang tanding” Pilpres 2014. 

Seperti Parikesit, kehadiran Jokowi dipentas politik ditandai dengan adanya tokoh muda, Anggito Abimanyu undur diri, karena dugaan korupsi. Mengejutkan.  Bukan sekali tokoh muda dan potensial yang mengalami situasi seperti Abimanyu. Mereka sulit lepas dari Belenggu “Cakrawyuha” Kekuasaan, yakni kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN). Mudah-mudahan Jokowi, sang Parikesit abad ini mampu memenangkan perang tanding Pilpres 2014 ini.

Apa itu Cakrawyuha
Dalam salah satu episode Bratayuda, Kresna menceritakan bahwa Kurawa punya satu strategi perang yang cukup berbahaya, namanya: Cakrawyuha. Strategi ini memungkinkan Kurawa untuk mengepung musuh hanya dalam beberapa langkah saja. Sangat sulit seorang yang sudah terlanjur masuk ke dalam kepungan formasi tersebut untuk keluar hidup-hidup.

Adalah kesatria Pandawa, Abimanyu, yang mengalami nasib tragis kepungan Cakrawyuha di medan Kurukshetra. Alkisah, semasa di kandungan Abimanyu mendengar ibunya, Subadra, menyimak cerita Kresna tentang menghancurkan formasi-kepungan-maut-melingkar, Cakrawyuha. Saat cerita menginjak bagian keluar dari formasi maut itu, sang ibu, Supraba tertidur. Kresna berhenti bercerita. Si bayi supercerdas itu tak bisa menerima pelajaran tersebut dengan utuh.

Mungkin sudah menjadi suratan bagi Abimanyu. Di keriuhan perang Baratayuda, Pandawa menerima tantangan Kurawa untuk menembus Cakrawyuha para tentara Kurawa. Pandawa pantang menolak tantangan meski para pemuka sakti Pandawa yang punya keahlian menembus Cakrawyuha, yakni Arjuna dan Kresna, sedang meladeni perang tanding dengan jagoan Kurawa. Karna.

Maka, Abimanyu, sang Arjuna junior, yang menerima tantangan masuk ke Cakrawyuha. Para bala Pandawa pun berjanji mengeluarkannya seusai dia mengobrak-abrik kepungan itu. Dan, ternyata keberhasilan Abimanyu membongkar kekuatan setan itu tak berakhir sempurna. Para kesatria Pandawa tak mampu mengeluarkan dia dari kepungan maut itu. Abimanyu menjemput takdir: Gugur.

Dalam pentas wayang kulit, setelah Abimanyu tumbang dengan luka di sekujur tubuh, dalang akan memberi aba-aba melantunkan musik hening. Gamelan gangsaran dan sampak yang riuh mengiringi perang berhenti. Berganti gesekan rebab mengalun mengiris-iris. Seperti tangisan di tengah malam sunyi. Mudah-mudahan  Jokowi, sang satria kita, tak gentar dalam perang tanding Pilpres, dan mampu keluar dari kepungan “cakrawuhya”, yang kini gencar dalam berbagai kampanye hitam.

Belenggu Cakrawyuha
Kisah Abimanyu abad ini sedikit beda. Masih ingat ketika Abimanyu abad 21 sudah dinyatakan sebagai wakil menteri keuangan, kemudian batal dilantik sang presiden, (Dur)Yudoyono. Padahal, dia sudah mengurus kepangkatannya sebagai pegawai negeri sipil untuk penyesuaian jabatan Wamen. Dia pun lalu mundur dari jabatan kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan. Seperti Abimanyu di era Bratayuda, mulus masuk ke medan perang, tapi tidak keluar dalam keadaan mulus.

Kemudian, dia ”masuk” lagi, menerima jabatan sebagai Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama. Tak heran kalau ada yang menafsirkan jabatan itu sebagai pelipur lara batalnya Abumanyu jadi Wamenkeu. Pengangkatan Abimanyu sebagai Dirjen tersebut juga memberikan banyak harapan. Pengurusan haji, tamu Allah, selama ini masih dikepung aneka penyelewengan. Perbaikan layak diharapkan. Dia bisa tandem dengan Inspektur Jenderal Kemenag M. Jasin, yang mantan pimpinan KPK.

Di sela kesibukannya sebagai Dirjen, Abimayu dipersoalkan karena dituduh plagiat. Tulisannya soal Gagasan Asuransi Bencana di satu media massa dianggap menjiplak tulisan orang lain. Tanpa bantahan berlarut-larut, Abimanyu memilih mundur dari Universitas Gadjah Mada, tempatnya sebagai dosen Fakultas Ekonomi. Lagi-lagi Abimanyu bisa masuk dengan mulus ke UGM, keluar dalam keadaan cedera citra.

Dalam pengunduran diri sebagai direktur jenderal kali ini, Abimanyu masih menuai pujian. Dia dianggap kesatria. Ketika bosnya, Menteri Agama Suryadharma Ali jadi tersangka KPK dan nama Abimanyu mulai terciprat tuduhan, dia memilih mundur. Bagaimanapun, ini sebuah tragedi. Akademikus plus pejabat muda yang sosoknya langsing, mirip kesatria serta tak pernah dikenal hidup semrawut tiba-tiba, sekali lagi, keluar dari  ”medan perang” dalam keadaan ternoda korupsi.

Saya tak tahu apakah Abimanyu hari ini akan mengalunkan gesekan biola dengan nada sedih setelah pengunduran dirinya itu. Biola memang biasa jadi tempat berekspresi batin Abimamyu. Dalam berbagai seminar, dia sering menampilkan video yang diiringi gesekan biolanya. Video itu berisi gambar-gambar penderitaan pengungsi korban letusan Merapi. Abimanyu memang terkesan berperasaan halus. Tak heran, daripada ngeyel dan berbantah-bantahan sehingga membuat geram publik, dia memilih mundur ketika muncul ujian serius terhadap kredibilitasnya.

Abimanyu masih akan menghadapi konsekuensi pertanggungjawaban semasa menjabat Dirjen. Proses kasus KKN yang memposisikan Suryadharma Ali sebagai tersangkaa masih akan membuntuhkan dirinya untuk memperjelas duduk perkara. Abimanyu masih bisa berperan sebagai kesatria, untuk membuka seterang-terangnya segala masalah yang mengepung persoalan haji dan umrah di palagan KPK.

Kini, Jokowi berniat menembus belenggu “cakrawyuha” kekuasaan itu, dan berupaya membongkar segala malapraktik birokrasi, terutama menyangkut duit bertriliun rupiah milik rakyat. Dalam posisi dua kali sebagai Walikota Solo, atau setahun menjabat Gubernur DKI, dia berhasil keluar dari kepungan itu dengan sentosa. Jokowi bisa memberi pelajaran dan catatan baru kepada KPK, agar belenggu KKN sejenis tak terjadi pada masa mendatang. Sesuai dengan namanya, Joko Widodo (imajinasikan sosok Parikesit!), dia mungkin bisa lepas dari belenggu “cakrawyuha” kekuasaan. Cukup sudah tokoh muda dan brilian terjerat perkara seperti itu!